Potret Relawan di Dapur Umum Pengungsian Erupsi Lewotobi Laki-laki

Potret Relawan di Dapur Umum Pengungsian Erupsi Lewotobi Laki-laki

Yurgo Purab - detikBali
Kamis, 05 Des 2024 15:51 WIB
Situasi di dapur umum Posko Lewoingu, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Kamis (5/12/2024). (Yurgo Purab).
Foto: Situasi di dapur umum Posko Lewoingu, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Kamis (5/12/2024). (Yurgo Purab).
Flores Timur -

Tungku kayu bakar di Posko Eputobi, Desa Lewoingu, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT, Kamis (5/12/2024) tampak basah. Air yang jatuh itu menganak di beberapa sisi tungku, tempat para penyintas erupsi menanak nasi.

Meski begitu, ibu-ibu yang berada di dapur umum itu tak kehabisan akal. Mereka memanggang kayu api di perapian sebelum digunakan untuk memasak sayur, air, dan nasi.

"Tadi malam kayu basah. Kayu pakai panggang kering baru masak," ujar Monika Oge Groma (55), warga Desa Nobo yang juga penyintas dan relawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Monika mengatakan mereka bersama TNI dan Polri menjadi relawan membantu menyiapkan makan dan minum bagi pengungsi. Hari ini adalah Hari Relawan Internasional. Menurutnya, keikhlasanlah yang membuatnya bertahan di dapur umum pengungsian.

"Masak harus sungguh-sungguh dengan ikhlas," ujar Monika yang saat itu sedang menanak nasi di kuali besar.

Dia berprinsip pengungsi tak bole terus-terusan berpangku tangan. Namun, harus terlibat bahumembahu saling membantu di antara sesama penyintas.

Koordinator Dapur Umum Posko Lewoingu, Wilhelmus Edward, mengatakan Posko Eputobi kekurangan air bersih dan kayu bakar. Meski begitu, mereka memahami kondisi ini karena lokasi pengungsian jauh dari sumber air.

"Pengungsi secara sukarela ambil kayu api (kayu bakar) dari kebun," kata Wilhelmus.

Menurutnya, para pengungsi sengaja dilibatkan dalam urusan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka setiap hari. Ini agar mereka tidak terlalu stres.

"Kami lihat mama di sana sering berkebun. Jadi kami libatkan supaya jangan stress," tandas Wilhelmus.

Diberitakan sebelumnya, para pengungsi dari enam desa di kaki Gunung Lewotobi Laki-laki akan dipulangkan ke asalnya masing-masing. Warga sudah merindukan rumah mereka dan ingin segera berkebun setelah berhari-hari mengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki sejak 3 November lalu.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur, Hery Lamawuran, mengungkapkan warga dari enam desa tersebut akan dipulangkan pada Sabtu (7/12/2024). Pemulangan itu menyusul setelah radius berbahaya Gunung Lewotobi Laki-laki turun dari 9 kilometer (km) menjadi 7 km.

"Lima desa di luar kajian risiko bencana (7 km), yaitu Desa Nileknoheng, Desa Pululera, Desa Boru Kedang, Desa Hewa, dan Desa Nurabelen. Sementara Desa Waiula yang di luar dari kajian risiko bencana turut mengungsi karena masyarakat khawatir," kata Hery kepada detikBali, Selasa (3/12/2024).

Paulus Soge, warga Desa Hewa, sudah tak sabar untuk kembali ke rumahnya. Pria yang mengungsi di Posko Lewoingu itu menuturkan musim tanam sebentar lagi tiba karena hujan sudah mulai turun. Dia pun menyambut gembira ketika pemerintah memperbolehkan pulang ke kampung halamannya.

"Kami berada di radius 9 kilometer. Ini sudah musim tanam. Kalau lihat apa-apa (erupsi), baru balik (ke pengungsian)," kata Paulus, Selasa.




(hsa/hsa)

Hide Ads