Sebanyak enam ibu hamil yang menjadi pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki melahirkan di tempat pengungsian, sementara seorang warga lainnya dilaporkan meninggal dunia.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur, Hery Lamawuran, mengungkapkan bahwa enam ibu hamil melahirkan di tengah kondisi darurat pengungsian.
"Ibu hamil yang partus di pengungsian total 6 orang, dengan rincian 4 orang partus di Puskesmas Lewolaga dan 2 orang di rujuk partus di RSUD Larantuka," ujar Hery kepada detikBali, Sabtu (16/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari enam bayi yang lahir, salah satu di antaranya diberi nama Agustinus Gibran Raka Tapung. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sempat menjumpai bayi itu saat kunjungannya, Kamis (14/11) lalu.
Selain itu, Hery mengonfirmasi bahwa seorang pengungsi bernama Etalia Eni Tapun (58), warga Desa Nawakote, Kecamatan Wulanggitang, meninggal dunia pada Kamis (14/11/2024) di Kabupaten Sikka. Ia diketahui mengidap tumor dan kanker sebelum mengungsi.
"Mama Etalia meninggal akibat sakit bawaan," tambah Hery.
Total sudah dua korban meninggal dunia di pengungsian. Sebelumnya, seorang pengungsi bernama Rofinus Beda Tour (55), meninggal dalam pengungsian di Desa Watu Omok, Kabupaten Sikka. Dia meninggal karena menderita penyakit asma yang dideritanya beberapa tahun.
Rombongan Kemensos Tertahan di Kupang
Sementara itu, kondisi cuaca buruk memperparah situasi. Hujan deras mengguyur Kota Larantuka, dan rombongan Kementerian Sosial (Kemensos) yang dijadwalkan mengunjungi pengungsi di Flores Timur tertahan di Kota Kupang.
Kepala Kantor UPBU Kelas III Gewayantana, Puguh Lukito, mengatakan pesawat yang membawa rombongan Kemensos terpaksa kembali ke Bandara Eltari Kupang karena cuaca ekstrem.
"Pesawat Return To Base (RTB) ke Bandara Eltari Kupang dikarenakan cuaca buruk. Pesawat sudah masuk jalur pendekatan ke Bandara Larantuka tapi kondisi cuaca buruk," jelas Puguh.
(dpw/dpw)