Ribuan Gen Z di NTB Sakit Mental, Banyak yang Dibawa ke Dukun

Ribuan Gen Z di NTB Sakit Mental, Banyak yang Dibawa ke Dukun

Nathea Citra - detikBali
Rabu, 23 Okt 2024 16:22 WIB
Psikolog Klinis Fitriani Hidayah. (Nathea Citra/detikBali)
Foto: Psikolog Klinis Fitriani Hidayah. (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Psikolog Klinis Fitriani Hidayah menyoroti maraknya kasus gangguan mental yang dialami pelajar di Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurutnya, banyak kasus gangguan mental pada remaja yang tak tertangani.

"Kalau disinkronkan dengan data yang dibeberkan Dinkes NTB, mungkin ada benarnya. Karena kalau saya pulang ke Lombok dan melakukan observasi, memang di beberapa momen saya dapatkan banyak kasus gangguan mental yang tidak tertangani," beber Fitriani saat diwawancarai detikBali, Rabu (23/10/2024).

Fitriani mengungkapkan penderita gangguan mental juga banyak yang salah penanganan. Banyak di antara mereka yang dibawa ke dukun. Bukan dokter atau psikolog.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari hasil observasi, memang masih dipengaruhi budaya," ungkap founder @ber.jeda.sejenak_ tersebut.

Fitriani membeberkan beragam jenis gangguan mental yang diidap Gen Z. Antara lain, gangguan kecemasan, gangguan mood, skizofrenia, gangguan psikotik, gangguan makan, obsessive compulsive disorder (OCD), gangguan kepribadian, hingga psikosomatis. Kemudian, ada disosiatif, stres pascatrauma (PTSD), depresi, attention deficit, serta hyperactivity disorder (ADHD).

ADVERTISEMENT

"Yang lagi ramai sekarang untuk jenis gangguan mental pada remaja hingga dewasa ialah depresi dan gangguan mood. Apalagi Gen Z, ada yang sampai (terkena) skizofrenia, ini level gangguan mental yang paling parah," terangnya.

Fitriani menjelaskan, munculnya gangguan mental bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya, faktor genetik, faktor fisik, faktor sosial, faktor ekonomi, perubahan hormon, krisis identitas, tekanan lingkungan, pengalaman traumatis, hingga pola asuh orang tua atau keluarga.

Faktor-faktor penyebab itu bisa ditelusuri setelah mengetahui tingkatan atau level gangguan mental yang diidap seseorang.

"Bisa kami analisis saat proses konseling," ujar Psikolog Klinis yang saat ini bekerja di CHIS School Denpasar dan Bincang Psikolog tersebut.

Sementara itu, Fitriani menjelaskan, ada beberapa dampak atau efek gangguan mental yang dialami oleh sebagian besar penderita gangguan mental. Antara lain, gangguan pada fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, tekanan darah tinggi, kencing manis, gangguan jantung, hingga stroke.

Kemudian, ada gangguan psikis seperti kesedihan yang mendalam, rasa putus asa, kehilangan motivasi dan energi, hilang konsentrasi, hingga keinginan bunuh diri.

"Sementara untuk dampak perilaku, biasanya efek yang terjadi seperti menjadi kasar, menyakiti orang lain, mudah marah, hingga sulit fokus," ucapnya.

Fitriani menjelaskan para penderita gangguan mental, termasuk Gen Z, bisa sembuh seperti sedia kala. Asalkan, mereka mendapatkan metode penyembuhan yang benar, seperti konseling bersama psikolog atau psikiater.

Ada beberapa cara dalam penyembuhan gangguan mental. Di antaranya, mengekspresikan diri, fokus pada diri sendiri, mencintai diri sendiri, membiasakan gaya hidup sehat, hingga berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Mereka juga bisa menghilangkan sakit mental dengan mencari support system, seperti ikut komunitas dan volunteer. Mengerjakan hobi, hal baru, dan positif juga bisa menyembuhkan penyakit mental.

"Mendatangi tenaga profesional tidak harus saat sudah mengalami gangguan mental. Namun, ketika kita sudah bisa merasakan ada beberapa gejala yang tampak. Ini untuk tindakan pencegahan," urai Fitriani.

Sementara, kasus gangguan mental pada anak-anak, Fitriani melanjutkan, penanganannya berbeda. Dia menyarankan penderitanya ditangani langsung oleh psikolog anak.

"Terkadang orang tua juga belum cukup memahami kondisi anak ketika mengalami gangguan mental," tandasnya.




(hsa/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads