Ribuan Gen Z Sakit Mental, Dikbud NTB Akan Libatkan RSJ

Ribuan Gen Z Sakit Mental, Dikbud NTB Akan Libatkan RSJ

Nathea Citra - detikBali
Selasa, 22 Okt 2024 09:00 WIB
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB Aidy Furqan.
Nathea Citra/detikBali
Foto: Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB Aidy Furqan. (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) berupaya menangani ribuan pelajar usia remaja alias Gen Z yang menderita gangguan kesehatan mental. Jumlah pengidap sakit mental itu terus meningkat setiap tahun.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) NTB akan melibatkan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) untuk menangani mereka. Pertama, melalui guru-guru yang setiap hari berinteraksi dengan para siswa.

"Sudah kami bicarakan dengan Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ), supaya guru-guru ini dilakukan trauma healing. Karena mereka ini mentransfer emosi kepada anak-anak, itu berdasarkan kondisi dirinya, tidak berdasarkan ilmunya," terang Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB Aidy Furqan di Mataram, Senin (21/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data aplikasi sistem SIMKESWA, tercatat 2.836 orang mengalami gangguan kesehatan mental di NTB. Mereka rata-rata berusia 15 sampai 18 tahun. Menurut Aidy, Dikbud NTB sejatinya telah mendukung penuh keterlibatan para guru bimbingan dan konseling (BK) untuk menangani kesehatan mental para pelajar.

"Sebenarnya kami bersama instansi-instansi yang relevan seperti BNN sudah melibatkan guru bk se-NTB untuk dilakukan penguatan strategis dalam mengatasi anak-anak yang underconfident (tidak percaya diri). Seperti anak-anak yang tidak percaya diri, suka murung, dan lain sebagainya," urai Aidy.

Dikbud juga akan berkoodinasi dengan Dinkes NTB. Salah satunya untuk meminta data-data Gen Z yang lebih spesifik, terkait penyakit mental yang dikeluhkan.

"Nanti saya akan minta ke Kadinkes soal data-data itu, pada aspek mana yang paling banyak. Apakah psikis yang sifatnya seperti apa. Jika ditemukan ada (kasus) bullying sehingga menyebabkan anak-anak jadi down mentalnya, saya pikir perlu dilakukan penguatan bersama teman-teman psikolog," beber Aidi.

Dia juga menjelaskan salah satu faktor yang menyebabkan Gen Z cenderung tidak percaya diri dan kerap menyendiri adalah latar belakang keluarga. Misalnya, anak-anak yang lahir di tengah keluarga miskin.

"Selain faktor ekonomi, faktor keluarga yang kurang bagus juga cenderung membuat anak kurang percaya diri," tutur Aidy.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan NTB Lalu Hamzi Fikri menjelaskan data gangguan kesehatan mental pada Gen Z mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

"Berdasarkan aplikasi sistem SIMKESWA se-NTB sampai bulan Oktober 2024, dengan kelompok (usia) remaja 15-18 tahun, dari hasil skrining abnormal dan bordirline sejumlah 2.836 orang," katanya.

Menurut Fikri, meningkatnya data Gen Z yang mengalami kesehatan mental dikeranakan beberapa faktor. Salah satunya kemampuan menyaring informasi yang berbeda-beda dari media sosial (medsos).

"Kadang-kadang tren dari suatu negara atau tempat itu bisa memengaruhi pikiran bawah sadar personal itu terhadap kesehatan mentalnya," jelas mantan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB tersebut.




(hsa/hsa)

Hide Ads