Hampir 3 Ribu Gen Z di NTB Sakit Mental

Hampir 3 Ribu Gen Z di NTB Sakit Mental

Nathea Citra - detikBali
Sabtu, 19 Okt 2024 18:26 WIB
Kadinkes NTB Lalu Hamzi Fikri.
Foto: Kadinkes NTB Lalu Hamzi Fikri. (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Gangguan kesehatan mental Generasi Z atau Gen Z meningkat dari tahun ke tahun di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dari data aplikasi sistem SIMKESWA, tercatat 2.836 orang mengalami gangguan kesehatan mental di NTB. Mereka berusia 15 sampai 18 tahun.

"Berdasarkan aplikasi sistem SIMKESWA se-NTB sampai bulan Oktober 2024, dengan kelompok (usia) remaja 15-18 tahun, dari hasil skrining abnormal dan bordirline sejumlah 2.836 orang," kata Kepala Dinas (Dinkes) NTB Lalu Hamzi Fikri di Kota Mataram, Sabtu (19/10/2024).

Menurut Fikri, meningkatnya data Gen Z yang mengalami kesehatan mental dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya kemampuan menyaring informasi yang berbeda-beda, contohnya pada informasi yang didapatkan dari sosial media (sosmed).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kadang-kadang tren dari suatu negara atau tempat itu bisa mempengaruhi pikiran bawah sadar personal itu terhadap kesehatan mentalnya," jelas mantan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB tersebut.

Menurut Fikri, anak-anak di NTB yang lahir pada tahun 1997-2021 atau yang dikenal sebagai Gen Z masih butuh banyak pendampingan dari orang tua dan guru, jika dilihat dari persoalan kesehatan mental.

ADVERTISEMENT

"Tapi yang jelas, tren gangguan kesehatan mental itu ada peningkatan, yakni di rentang usia-usia produktif," imbuh Fikri.

Dia menuturkan permasalahan kesehatan mental ini harus segera diatasi. Ini mengingat Gen Z merupakan generasi emas di masa yang akan datang. Maka sudah seharusnya, pelayanan kesehatan mental bisa diakses oleh siapa saja, termasuk Gen Z.

"Lebih baik mencegah daripada mengobati, kami perkuat lagi terutama pada profesional-profesional untuk mencegah. Di puskesmas itu ada program kesehatan jiwa, itu bisa diakses teman-teman puskesmas untuk melakukan pembinaan di wilayah kerjanya," tutur Fikri.

Fikri menekankan jika ditemukan gejala-gejala gangguan kesehatan mental, sebaiknya segera mendatangi fasilitas kesehatan (faskes) terdekat, untuk melakukan konsultasi.

"Ketika ada gejala-gejala kesehatan mental, harus (segera) konsul sebenarnya. Semakin aware, maka akan semakin bagus. Untuk konsul bisa mencari ke profesional untuk melakukan treatment (terkait gangguan kesehatan mental," ungkapnya.

Sebagai informasi, di negara-negara maju, permasalahan kesehatan yang banyak mendominasi ialah persoalan terkait kesehatan mental.

"Sedangkan di kita (Indonesia), penyakit infeksi, penyakit tidak menular, hingga (penyakit) kesehatan mental juga (jadi) tantangan," tandas Fikri.




(hsa/hsa)

Hide Ads