NTB Nomor Dua Penderita Kebutaan Terbanyak di Indonesia

NTB Nomor Dua Penderita Kebutaan Terbanyak di Indonesia

Nathea Citra - detikBali
Kamis, 10 Okt 2024 19:01 WIB
Ilustrasi salah satu siswi di Kota Mataram cek mata gratis di Hotel Astoria, Kota Mataram, Kamis (10/10/2024).
Foto: Ilustrasi salah satu siswi di Kota Mataram cek mata gratis di Hotel Astoria, Kota Mataram, Kamis (10/10/2024). (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Jumlah penderita kebutaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) paling banyak nomor dua se-Indonesia. Ini berdasarkan data Dokter Mata Indonesia (Perdami).

"NTB ini termasuk (provinsi dengan) ancaman kebutaan yang cukup tinggi, data prevalensi ancaman kebutaan kita 4 persen, tertinggi kedua se-Indonesia," kata Sekretaris Daerah (Sekda) NTB Lalu Gita Ariadi, Kamis (10/10/2024).

Menurut Gita, NTB harus segera mencari solusi pada permasalahan kebutaan yang melanda masyarakat di NTB. "Harus kita atasi permasalahan ini (sesegera mungkin), apalagi 78,1 persen di antaranya itu penyebabnya (kebutaan) adalah katarak," jelas Gita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Penjabat (Pj) Gubernur NTB tersebut menuturkan dari 37.500-an kasus kebutaan di NTB, kasus katarak lebih mendominasi jumlah penderita kebutaan di NTB, yakni sekitar 29 ribu kasus katarak di NTB.

"Hampir 29 ribu dari 37.500-an kasus kebutaan di NTB didominasi oleh kasus katarak, maka dari itu saya minta kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) NTB untuk menseriusi permasalahan (kebutaan) ini. Apalagi, pada data 2020 lalu, masalah refraksi mata anak itu cukup tinggi, yakni 15,81 persen (dan kemungkinan bisa meningkat di tahun ini)," tutur Gita.

Menurut Gita, permasalahan refraksi mata pada anak-anak di NTB harus disikapi dengan serius oleh semua pihak. Sebab, kasus kebutaan bisa dimulai dari permasalahan refraksi mata, baik pada anak maupun orang dewasa.

"Kita harus berusaha sungguh-sungguh untuk mengatasi permasalahan (kebutaan) ini di masa yang akan datang. Salah satunya, dengan melakukan deteksi dini sesegera mungkin (agar terhindar dari ancaman kebutaan)," imbuh Gita.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) NTB Lalu Hamzi Fikri menuturkan dari hasil skrining yang dilakukan Dinkes belum lama ini, tiga di antara empat anak memiliki risiko gangguan penglihatan. Faktor penyebabnya beragam.

"Kemarin kami lakukan skrining pada 400 anak-anak di Lombok Barat, dan hasil skriningnya 25 persen anak-anak itu mengalami gangguan penglihatan," katanya, Kamis (10/10/2024).

Fikri menjelaskan Dinkes NTB akan kembali melakukan skrining serupa di sejumlah kabupaten/kota di NTB, guna melakukan deteksi dini lebih awal kepada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD).

"Yang terpenting sekarang kita memperluas skrining, agar anak-anak kita di NTB tidak mengalami gangguan pada saat proses belajar di sekolah dikarenakan permasalahan penglihatan. Kalau sudah bermasalah pada penglihatan, banyak aspek yang akan terdampak, salah satunya pada proses belajar mengajar di sekolah," tutur mantan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB tersebut.




(hsa/hsa)

Hide Ads