Nuansa Bambu di Impact Investment Day Labuan Bajo

Nuansa Bambu di Impact Investment Day Labuan Bajo

Amborius Ardin - detikBali
Minggu, 08 Sep 2024 12:56 WIB
Nuasa bambu dalam kegiatan Impact Investment Day (IID) 2024 di hotel Meruorah, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (8/9/2024). (Ambrosius Ardin)
Foto: Nuasa bambu dalam kegiatan Impact Investment Day (IID) 2024 di hotel Meruorah, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (8/9/2024). (Ambrosius Ardin)
Manggarai Barat -

Nuansa bambu terlihat dalam kegiatan Impact Investment Day (IID) 2024 di hotel Meruorah, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (8/9/2024). Produk bambu terlihat mulai dari meja registrasi hingga suvenir yang dibagikan kepada peserta IID.

IID digelar oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) untuk mendorong ekonomi restoratif dan berkelanjutan. IID yang dihadiri ratusan orang dari dalam dan luar negeri itu dirancang sebagai wadah untuk menghubungkan penggerak dampak (impact drivers) seperti perusahaan sosial, organisasi komunitas, dan LSM, dengan pendukung dampak (impact enablers) termasuk investor, donor, dan organisasi filantropi.

Nuansa bambu di IID yang digelar di hotel yang berada di kawasan Marina Waterfront Labuan Bajo itu mulai terlihat di meja registrasi peserta. Di situ tersedia dua meja panjang yang terbuat dari bambu. ID Card yang dibagikan kepada peserta juga terbuat dari bambu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sebelah meja registrasi terdapat fotobooth. Sebagian besar komponen yang menghiasi fotobooth terbuat dari anyaman bambu. Sebelum memasuki Meruorah Convention Center (MCC), tempat dilaksanakan IID, terdapat gate yang dihiasi tikar dari anyaman bambu di sisi kiri dan kanannya.

Persis di ruang tunggu MCC, nuansa bambu semakin semarak. Di situ terlihat sejumlah furniture dan produk lainnya yang terbuat dari bambu. Ada meja, lemari, gazebo, hingga suvenir terbuat dari bambu. Terlihat juga tiga buah sepeda yang terbuat dari bambu. Terlihat juga empat rumpun pohon bambu seperti bambu yang masih hidup.

Nuansa bambu juga terlihat di dalam MCC. Ornamen yang digunakan pada backdrop IID itu sebagian terbuat dari bambu. Ada anyaman hingga batang bambu di sisi kiri dan kanannya.

Berikutnya kentongan yang dipukul pada pembukaan IID itu terbuat dari bambu. Selain itu suvenir berupa tas yang dibagikan kepada peserta terbuat dari anyaman bambu. Suvenir-suvenir lainnya juga terbuat dari bambu.

"Terasa sekali nuansa bambu kegiatan ini," ujar Apong, salah satu jurnalis yang meliput kegiatan tersebut.

Dorong Ekonomi Restoratif

Nuasa bambu dalam kegiatan Impact Investment Day (IID) 2024 di hotel Meruorah, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (8/9/2024). (Ambrosius Ardin)Pohon bambu dan berbagai jenis furniture berbahan bambu terlihat di IID 2024, Minggu (8/9/2024). (Ambrosius Ardin)

IID 2024 digelar dua hari di Labuan Bajo, 7-8 September 2024. IID ini bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, dengan mengusung tema "Championing Sustainable and Restorative Initiatives in Indonesia". IID bertujuan mendorong inisiatif restoratif dan berkelanjutan dengan menghubungkan para inisiator dengan investor maupun pemangku kepentingan lainnya.

Kepala Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ari Sudijanto mengatakan kolaborasi bersama para pemangku kepentingan dan kebijakan menjadi salah satu prasyarat utama untuk terus memberikan solusi global bagi permasalahan perubahan iklim, ekonomi restoratif, dan pembangunan berkelanjutan.

"Untuk itu melalui Impact Investment Day 2024 ini nantinya juga memberikan dampak positif bagi upaya bersama dalam mengatasi masalah perubahan iklim dan pembangunan yang berkelanjutan," kata Ari dalam sambutannya pada pembukaan IID 2024.

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid menyebut setidaknya ada dua tantangan utama dalam pengembangan ekonomi restoratif dan berkelanjutan di Indonesia, yaitu kesenjangan investasi dan kebijakan yang masih terbatas.

Mengacu laporan terbaru dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Indonesia diperkirakan butuh Rp 892 triliun hingga 2045 untuk melaksanakan strategi ekonomi restoratif di berbagai sektor secara efektif.

"Untuk mengatasi kebutuhan tersebut, kita harus mendorong impact investment dan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah," kata Rasjid.

"Hal ini perlu didukung oleh kebijakan yang bisa menarik minat investor untuk berinvestasi yang memberikan dampak berkelanjutan pada masyarakat sekitar, lingkungan dan juga bisnis. Misalnya, melalui penerapan kebijakan pajak progresif yang berkeadilan atau insentif lainya bagi inisiatif restoratif dan berkelanjutan," lanjut dia.

Chairperson YBLL Monica Tanuhandaru mengatakan pengalaman YBLL dengan bambu telah mempengaruhi pendekatan IID. Dalam IID, YBLL menerapkan pembelajaran ini dengan memprioritaskan proyek-proyek yang memanfaatkan potensi alam lokal NTT, menekankan rantai nilai terintegrasi, dan fokus pada pembangunan kapasitas masyarakat serta penciptaan pasar untuk produk berkelanjutan.

"Pendekatan holistik ini menjadi blueprint bagi IID dalam memberdayakan impact driver dan menghubungkan mereka dengan pasar yang lebih luas melalui impact enabler," ujar Monica.

Terdapat 13 organisasi impact drivers yang akan hadir. Yakni Javara (rantai pasok pangan lokal), Jaga Semesta (perlindungan mata air), EcoNusa (pengelolaan berkelanjutan sumber daya alam komunitas adat), Spedagi (revitalisasi desa melalui produk bambu inovatif), Torajamelo (pemberdayaan komunitas penenun tradisional).

Berikutnya Du Anyam (pemberdayaan komunitas perempuan penganyam serat alam), BambooCoop (koperasi multi-pihak produsen produk bambu inovatif), serta Kalara Borneo (pengolahan hasil hutan berbasis komunitas adat).

Adapun investor yang hadir di antaranya Temasek, Freeport, dan perbankan Nasional. Ada juga investor dari Singapura dan sejumlah negara lainnya.




(nor/nor)

Hide Ads