Pengamat terorisme, Al Chaidar, mengungkapkan jaringan terorisme di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih ada. Mereka berada di bawah pengaruh jaringan ISIS dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Hanya saja, namanya yang berubah menjadi Daulah Islamiyah.
"Bibitnya masih ada. Cuma namanya saja yang berubah," kata dosen Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Aceh ini kepada detikBali, belum lama ini.
Menurut Chaidar, struktur jaringan hingga proses perekrutan juga masih sama dan tidak yang berubah. Jaringan terorisme di Bima tidak terpisahkan dengan jaringan Poso. "Bima ini masih satu afiliasi dengan Poso," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lurah Penato'i Haerurahman mengungkapkan terpaparnya sebagian kecil warga oleh paham radikal semenjak Abubakar Ba'asyir datang ke Penato'i pada 2013. Di sana, Ba'asyir memengaruhi dan mendoktrin sejumlah warga terkait pemahaman agama.
"Tambah mengakar dan tak terputusnya pemahaman ini juga dipicu pernikahan silang," ujarnya.
Menurut Haerurahman pemahaman agama yang berbeda membuat hubungan antara saudara, keluarga, tetangga, dan warga Penato'i secara umum menjadi renggang. Terkadang juga tidak ada yang tegur sapa antara saudara dan tetangga.
Baca juga: Ingin Lenyapkan Stigma Kampung Teroris |
"Perbedaan lebih ke soal pemahaman agama atau soal akidah. Tidak ada yang lain,"ujarnya.
Penato'i merupakan zona merah. Sebanyak 50 keluarga terpapar pemahaman radikal. Jumlah warga Penato'i yang pernah ditangkap terkait terorisme sejak 2013 mencapai 35 orang. "Hasil pemetaan, di sembilan dari 12 RT yang ada di Kelurahan Penato'i ada yang terpapar. Sebanyak tiga RT steril sisanya steril," kata Haerurahman.
(hsa/gsp)