Pulau Lombok terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pulau ini ditempati oleh suku asli Lombok, yaitu Suku Sasak. Oleh karena itu, Pulau Lombok kerap disebut dengan Bumi Sasak.
Suku Sasak memiliki kebudayaan yang sangat unik. Simak sejarah hingga kebudayaan dalam Suku Sasak berikut ini.
1. Sejarah Suku Sasak
Dengan dikirimnya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok sebelum abad ke-16, Pulau Lombok berada di bawah kekuasaan Majapahit. Pada akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-17, Lombok banyak mendapat pengaruh Jawa dan Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lombok ditaklukkan oleh Kerajaan Gelgel Bali pada awal abad ke-18. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya komunitas Hindu Bali yang menetap di daerah Mataram dan Lombok Barat. Di daerah tersebut juga terdapat beberapa pura besar.
Lombok akhirnya lepas dari pengaruh Kerajaan Gelgel akibat pengusiran yang dilakukan oleh Kerajaan Selaparang (Lombok Timur) dengan bantuan kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Setelah peristiwa tersebut, beberapa prajurit Sumbawa dikabarkan menetap di Lombok Timur. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa desa di tepi timur laut Lombok Timur yang mayoritas penduduknya berkomunikasi menggunakan bahasa Samawa.
Jika dilihat dari aspek sejarah, Suku Sasak bisa jadi berasal dari Pulau Jawa, Bali, Makassar, dan Sumbawa. Meskipun demikian, belum tentu nenek moyang atau papuk bloq orang Sasak berasal dari keempat etnis tersebut. Tetapi tetap saja keempat etnis tersebut memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan Suku Sasak.
Nama Sasak dianggap berasal dari kata sak-sak yang berarti sampan. Nenek moyang mereka diyakini menggunakan sampan untuk masuk ke Pulau Lombok.
2. Bahasa Suku Sasak
Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, Suku Sasak menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari-hari. Meskipun tidak memiliki status resmi, bahasa Sasak menjadi bahasa ibu yang digunakan oleh Suku Sasak sebagai etnis mayoritas di Pulau Lombok.
Bahasa Sasak cukup mirip dengan bahasa Bali karena memiliki gradasi sebagaimana bahasa Bali dan bahasa Jawa. Bahasa Sasak juga memiliki dialek yang berbeda di beberapa daerah yang ada di Pulau Lombok. Perbedaan dialek antardaerah dapat menimbulkan ketidakpahaman bagi orang yang mendengar.
3. Tradisi Suku Sasak
Suku Sasak memiliki beberapa tradisi yang hanya bisa ditemukan di Pulau Lombok. Berikut ini beberapa tradisi unik yang dimiliki oleh Suku Sasak.
Kawin Culik (Merarik)
Tradisi kawin culik merupakan salah satu tradisi masyarakat Suku Sasak. Tradisi kawin culik ini adalah tindakan seorang laki-laki yang membawa anak gadis untuk dinikahi.
Namun, biasanya orang yang melakukan kawin culik ini merupakan sebuah pasangan kekasih. Kawin culik masih dilakukan oleh beberapa daerah yang ada di Pulau Lombok hingga saat ini.
Bau Nyale
Tradisi Bau Nyale menjadi tradisi turun temurun yang masih dilestarikan sampai saat ini. Dilansir dari laman Kemdikbud, Bau Nyale merupakan kegiatan menangkap cacing laut yang tergolong jenis filumannelida.
Tradisi ini dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 sesuai dengan penganggalan tradisional Sasak atau sekitar bulan Februari. Bau Nyale ini berlokasi di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah.
Perang Topat
Melansir dari laman resmi Kabupaten Lombok Barat, Perang Topat merupakan tradisi masyarakat Lombok yang dilakukan setiap tahun di daerah Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Tradisi Perang Topat dianggap sebagai rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah. Perang Topat dimulai dengan ritual di Kemalik di Pura Lingsar, kemudian melakukan tradisi saling lempar ketupat.
4. Kebudayaan Suku Sasak
Suku Sasak memiliki kebudayaan yang unik dan menarik perhatian para wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Berikut ini beberapa produk kebudayaan unik dari Suku Sasak yang dapat kita lihat secara langsung.
Gendang Beleq
Gendang Beleq merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Lombok. Gendang Beleq menjadi warisan budaya terdahulu yang masih dijaga dan dilestarikan sampai sekarang. Gendang Beleq digunakan saat hari-hari besar dan hajatan.
Upacara Rebo Bontong
Kebudayaan ini merupakan ritual adat masyarakat Pringgabaya yang dilaksanakan sekali dalam setahun khususnya oleh masyarakat Pringgabaya. Kegiatan ini berupa mandi Safar atau mandi bersih agar terhindar dari penyakit.
Masyarakat Pringgabaya yakin bahwa sejak Malam Rabu hingga Hari Rabu pada minggu terakhir bulan Safar, Allah SWT mengirim banyak bala atau musibah berupa penyakit ke dunia sehingga masyarakat berbondong-bondong melakukan mandi Safar di pantai.
Tari Tendang Mendet
Tari Tendang Mendet adalah seni yang berbentuk tarian dan masih dilestarikan hingga sekarang. Tari Tendang Mendet biasanya dimainkan oleh belasan orang yang diiringi dengan Gendang Beleq. Tarian ini dapat dikatakan sebagai sambutan ataupun tanda terimakasih yang ditunjukkan melalui bentuk tarian-tarian di Suku Sasak.
Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/iws)