Enam kelurahan di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih mengalami krisis air bersih lantaran musim kemarau yang berkepanjangan. Hingga kini, ribuan kepala keluarga (KK) di wilayah tersebut terdampak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima Gufran menuturkan beberapa wilayah di Bima sudah memasuki musim hujan sejak awal Januari lalu. Sebelumnya, jumlah kelurahan yang mengalami krisis air bersih lebih banyak.
"Awalnya 15 kelurahan terdampak kekeringan dan mengalami krisis air bersih. Namun, di awal musim hujan Januari tinggal enam kelurahan saja," kata Gufran kepada detikBali, Kamis (18/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enam kelurahan yang terdampak krisis air bersih itu, yakni Kelurahan Tanjung, Paruga, Dara, Pane, Sambinae, dan Manggemaci. Rinciannya, Tanjung 2.006 KK, Paruga (503), Dara (1.200), Pane (231), Sambinae (350), dan Manggemaci (409).
"Total keseluruhan warga terdampak kekurangan air bersih ada 4.699 KK atau 15.201 jiwa. Tersebar di enam kelurahan pada dua kecamatan," sebut Gufran.
Gufran menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan enam kelurahan tersebut krisis air, antara lain akibat dampak El Nino, macetnya saluran PDAM, air payau, hingga kerusakan mesin pompa air. "Untuk El Nino mulai berkurang karena hujan sudah mulai turun, meski saat ini belum merata," kata Gufran.
Menurutnya, warga Kota Bima sebagian besar merupakan pelanggan PDAM. Hanya saja, dia tidak bisa merinci jumlah pelanggan PDAM di wilayah tersebut. "Sekarang distribusi air PDAM macet," imbuhnya.
Gufran menambahkan BPBD Bima masih menyalurkan air bersih kepada warga di enam kelurahan tersebut. "Sehari bisa enam hingga delapan mobil tangki, dengan muatan 5.000 liter (air) per mobil," tandas Gufran.
(iws/gsp)