Penjelasan BMKG soal Kabut yang Bikin Kapal Kandas di Labuan Bajo

Penjelasan BMKG soal Kabut yang Bikin Kapal Kandas di Labuan Bajo

Ambrosius Ardin - detikBali
Kamis, 04 Jan 2024 22:20 WIB
Evakuasi penumpang kapal Pinisi 
Alfathran yang kandas karena kabut di perairan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Kamis (4/1/2024). (Dok. KSOP Kelas III Labuan Bajo)
Evakuasi penumpang kapal Pinisi Alfathran yang kandas karena kabut di perairan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Kamis (4/1/2024). (Dok. KSOP Kelas III Labuan Bajo)
Manggarai Barat -

Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Patricia Christin Seran mengatakan jarak pandang terbatas di perairan Labuan Bajo pada Kamis (4/1/2024) bukan karena sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki yang erupsi di Flores Timur. Munculnya udara kabur -dipahami orang awam sebagai kabut- yang menyebabkan jarak pandang terbatas itu diakibatkan oleh fenomena El Nino.

"Beberapa hari terakhir di sebagian besar wilayah Manggarai Barat mengalami penurunan jarak pandang. Berkurangnya jarak pandang (udara kabur) ini bukan disebabkan oleh adanya abu vulkanik dari erupsi Gunung Lewotobi," jelas Maria dalam keterangannya, Kamis malam.

Maria menjelaskan berdasarkan prakiraan potensi awal musim hujan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Dasarian III Desember 2023 yang dikeluarkan oleh Stasiun Klimatologi NTT, sebagian besar wilayah Kabupaten Manggarai Barat telah memasuki musim hujan, kecuali Kecamatan Komodo. Adanya fenomena El Nino menyebabkan musim kemarau lebih panjang dari normalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maria menjelaskan muncul partikel kering dan udara panas yang menyebabkan terbatasnya jarak pandang dan kelembapan rendah disebabkan udara dan partikel tertahan pada atmosfer bagian bawah bumi. Udara kabur tersebut adalah jenis Litometeor berupa butir-butir debu atau garam yang tersebar dalam sebagian atmosfer.

Maria menegaskan tak ada sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki di Manggarai Barat dua hari terakhir. Hasil pengamatan satelit, abu vulkanik itu terdeteksi di wilayah udara Manggarai Barat pada 2 Januari 2024.

"Kalau itu adalah abu vulkanik pasti akan terdeteksi oleh satelit, seperti tanggal 2 kemarin sebarannya masuk ke atas wilayah udara Flores sampai ke Manggarai Barat bahkan sampai Labuan Bajo sini," jelas Maria.

Ia menjelaskan sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki kini hanya sampai di Maumere. Sedangkan udara kabur juga dialami di Sumba dan Bajawa.

Maria melanjutkan udara kabur itu bisa hilang jika hujan turun dengan intensitas sedang hingga lebat. Hujan bisa meluruhkan debu-debu yang membentuk udara kabur tersebut.

Sebelumnya, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo melarang kapal wisata berlayar pada Kamis sore hingga Jumat pagi karena jarak pandang terbatas akibat munculnya kabut di perairan Labuan Bajo.

Pada Kamis (4/1/2024), KSOP Kelas III Labuan Bajo tak melayani pemberian surat persetujuan berlayar (SPB) kepada kapal wisata untuk jadwal pelayaran sore ini hingga besok pagi. Pelayanan SPB dibuka saat cuaca kembali membaik dan jarak pandang kembali normal. KSOP telah mengeluarkan surat pemberitahuan kepada kapal wisata di perairan Labuan Bajo pada Kamis.

Di mana sebelumnya kapal pinisi bernama Alfathran kandas di perairan Labuan Bajo sekitar pukul 13.00 Wita, Kamis (4/1/2024). Lokasinya di perairan di belakang Hotel Jayakarta, Labuan Bajo. Kapal wisata tersebut mengangkut lima turis asal Belanda.

Kecelakaan kapal yang berangkat dari pelabuhan di belakang Hotel Jayakarta itu karena jarak pandang nakhoda terhalang kabut. Pulau terdekat juga terhalang kabut. Akibatnya kapal berjalan ke jalur yang dangkal, menabrak benda keras diduga karang sehingga kandas.




(nor/hsa)

Hide Ads