Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Frans Seda Maumere Tutup 3 Rute Penerbangan

Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Frans Seda Maumere Tutup 3 Rute Penerbangan

Yurgo Purab - detikBali
Rabu, 03 Jan 2024 12:05 WIB
Hujan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur, NTT.
Hujan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur, NTT. (Foto: Istimewa)
Sikka - Bandara Frans Seda Maumere menutup tiga rute penerbangan, yakni Ujung Pandang, Kupang, dan Labuan Bajo, Rabu (3/1/2024). Penerbangan terganggu akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Tutup sementara untuk jangka waktu yang belum ditentukan," ujar Kepala Kantor UPBU Kelas II Frans Seda Maumere Partahian Panjaitan kepada detikBali, Rabu.

Partahian mengimbau calon penumpang agar tetap melakukan konfirmasi kepada maskapai. Menurutnya, penutupan ketiga rute tersebut sudah berdasarkan hasil pengamatan arah sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi yang dilakukan oleh BMKG.

"Penutupan untuk rute Ujung Pandang, Kupang, dan Labuan Bajo hari ini. Hal itu sesuai pedoman rilis dari BMKG," imbuhnya.

Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki terus meningkat. Ratusan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, mengungsi setelah status gunung tersebut naik dari level II atau waspada menjadi siaga atau level III pada Senin (1/1/2024).

Sebelumnya, abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki terpantau mengarah ke barat hingga di Bandara Komodo Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat pada Selasa (2/3/2024). Abu vulkanik tersebut masih bergerak di udara kawasan bandara.

Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Patricia Christin Seran belum mengetahui apakah abu vulkanik itu sampai di daratan seperti landasan pacu bandara. Menurutnya, perlu dilakukan paper test untuk mengetahuinya.

"Ini memang sudah menutupi sampai di area bandara di Labuan Bajo, ini dari hasil pantauan satelit. Tapi itu abu vulkanik yang ada di udara. Yang di darat kami belum melakukan tes," kata Maria, Selasa malam (2/1/2024).

Ia mengatakan sebaran abu vulkanik di daratan perlu diuji karena selain berbahaya untuk pesawat yang sedang terbang, juga berisiko terhadap pesawat yang sedang parkir di bandara. "Karena keberadaan abu vulkanik ini juga berpengaruh selain untuk pesawat yang sedang terbang juga berpengaruh terhadap pesawat yang sedang parkir di area bandara atau terminal," jelas Maria.

Maria mengatakan paper test belum dilakukan. BMKG masih berkoordinasi dengan AirNav dan pihak Bandara Komodo untuk melakukan tes itu. Ia mengatakan keberadaan abu vulkanik di langit Bandara Komodo telah berpengaruh terhadap jarak pandang. Dari biasanya jarak pandang 8-10 kilometer, pada Selasa siang menjadi 5-7 kilometer.


(iws/iws)

Hide Ads