1.901 Anak di Manggarai Barat Mengalami Stunting, Ada Faktor Cacingan

1.901 Anak di Manggarai Barat Mengalami Stunting, Ada Faktor Cacingan

Ambrosius Ardin - detikBali
Rabu, 18 Okt 2023 19:35 WIB
Ilustrasi stunting di Indonesia
Ilustrasi balita stunting (Foto: Getty Images/iStockphoto/Riza Azhari)
Manggarai Barat - Sebanyak 1.901 anak berusia di bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami stunting. Jumlah tersebut berdasarkan hasil operasi timbang terhadap 23.183 balita pada Agustus 2023.

"Posisi kita sekarang 8,2 persen (1.901 balita stunting)," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat Paulus Mami di Labuan Bajo, Rabu (18/10/2023).

Paul menjelaskan data balita stunting itu berdasarkan hasil timbang pada 609 posyandu yang berada di bawah naungan 22 Puskesmas di Manggarai Barat. Menurutnya, salah satu faktor penyebab stunting di Manggarai Barat adalah penyakit cacingan. Selain itu, ada pula persoalan air bersih dan jamban, riwayat penyakit ibu hamil, kebiasaan merokok, dan penyakit penyerta.

Adapun, kasus stunting terbanyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Terang, Kecamatan Boleng, sebanyak 16,2 persen atau lebih tinggi dari target nasional sebesar 14 persen.

Berikutnya, Puskesmas Wae Pitak 13,4 persen, Werang 12,8 persen, dan Datak 10 persen. Puskesmas lainnya mencatatkan kasus stunting di bawah 10 persen.

Paul mengekalim jumlah balita stunting di Manggarai Barat pada 2023 menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Pada Agustus 2021, terdapat 3.498 kasus atau 15,1 persen balita stunting dari 23.191 balita yang ditimbang.

Pada Agustus 2022, dari 23.349 balita yang ditimbang, terdapat 3.711 anak atau 15,9 persen yang mengalami stunting. Memasuki tahun 2023, jumlah balita stunting terus menurun. Operasi timbang pada Februari 2023 mencatat hanya 9 persen balita yang mengalami stunting dan terus menurun hingga pada Agustus 2023 tersisa 8,2 persen.

Paul menyebut sejumlah upaya yang sudah dilakukan untuk menekan kasus stunting di Manggarai Barat, di antaranya intervensi gizi spesifik. Intervensi ini dilakukan dengan inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif, ibu hamil mendapat minimal 90 tablet tambah darah, hingga pemberian imunisasi dasar lengkap terhadap para balita.


(iws/nor)

Hide Ads