Kisah Anak Penjual Sirih Pinang Asal Pedalaman NTT Raih Gelar Master

Kisah Inspiratif

Kisah Anak Penjual Sirih Pinang Asal Pedalaman NTT Raih Gelar Master

Yufengki Bria - detikBali
Minggu, 15 Okt 2023 14:08 WIB
Alfret Otu pose bersama kedua orang tuanya saat wisuda di Universitas  Udayana, Denpasar, Bali. (Dok Alfret Ottu)
Foto: Alfret Otu pose bersama kedua orang tuanya saat wisuda di Universitas Udayana, Denpasar, Bali. (Dok Alfret Ottu)
Timor Tengah Selatan -

Alfret Otu, anak penjual sirih pinang asal Desa Putun, Kecamatan Nunkolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), meraih gelar Master Pariwisata di Universitas Udayana (Unud), Bali.

Alfret lahir dari ayah seorang petani yang kesehariannya hanya menjual sirih pinang. Sedangkan ibunya hanya mengurus rumah tangga. Namun, tidak mematahkan semangatnya hingga menyelesaikan kuliahnya di program Magister Pariwisata Unud.

Alfret yang lahir di daerah paling terpencil di pedalaman TTS itu menceritakan perjuangan orang tuanya menyekolahkannya tidaklah mudah. Sebab, mereka dihadapkan dengan kondisi keuangan yang tidak mendukung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keinginan untuk bersekolah adalah cita-cita utama saat saya masih duduk di bangku pendidikan SD GMIT Oesusu," tutur Alfret kepada detikBali, Minggu (15/10/2023).

Menurut Alfret, keinginannya berkuliah merupakan cita-cita dari ayahnya. Sebab, dulu ayahnya harus putus sekolah saat duduk di bangku SD lantaran tidak mampu membiayai pendidikan lanjutan. Kisah hidup orang tuanya itu yang membuat Alfret bertekat untuk bersekolah.

ADVERTISEMENT

Setelah tamat SD, Alfret meninggalkan orang tuanya untuk melanjutkan studi di bangku SMP ke Kota TTS. Saat SMP, dia benar-benar dihadapkan dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.

Sehingga, ayahnya yang sebelumnya hanya bertani lahan kering, saat itu juga harus beralih profesi sebagai penjual sirih pinang di pasar-pasar tradisional. Namun untuk mendapatkan modal, ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan.

Setelah mengumpulkan modal Rp 50 ribu, ayahnya mulai berjualan agar bisa membiayai kebutuhan sekolah Alfret. Seusai lulus SMP, dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak meyakinkan, Alfret nekat melanjutkan ke SMA meski saat itu orang tuanya tidak memiliki uang untuk pendaftaran.

"Walaupun kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan, namun ayah saya berkomitmen agar saya sekolah. Komitmen itu membuat saya memiliki semangat untuk melanjutkan studi di SMA Negeri I Soe, TTS," kisahnya.

Singkat cerita, Alfret memutuskan untuk kuliah sarjana di Politeknik Negeri Kupang. Perjuangannya untuk kuliah tidaklah mudah karena penghasilan ayahnya sebagai penjual sirih pinang tidak menentu.

"Saat kuliah, saya terkadang kehabisan beras, minyak tanah, dan uang. Hal ini saya alami berulang kali, namun akhirnya berhasil menjadi alumni S1 pariwisata," tuturnya.

Seusai studi S1, Alfret harus berjuang mencari kerja untuk mewujudkan impiannya agar bisa lanjut S2, bagaimanapun itu, tekadnya itu harus dicapai. Setelah bekerja beberapa tahun menjadi seorang jurnalis, dia berhasil menabung untuk lanjut studi. Hasil tabungannya itu untuk studi S2 di Unud.

Alfret berkomitmen dalam melanjutkan studi itu sebagai bentuk partisipasi untuk memperbaiki sumber daya manusia (SDM) NTT yang masih rendah. "Kita tidak tahu jalan hidup seseorang, kita manusia hanya bisa merancang tetapi Tuhanlah yang menentukan," ungkapnya. Alfret berpesan bagi anak muda NTT agar tidak minder, menyerah apalagi putus asa, tetapi terus berjuang dan berdoa.




(nor/nor)

Hide Ads