Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Flores Timur dengan Bulog akan menyalurkan 7,3 ton beras premium kepada warga setempat di Kecamatan Demon Pagong, Lewoleba, Tanjung Bunga, Ile Mandiri, dan Larantuka. Beras bantuan itu untuk warga miskin ekstrem di daerah tersebut.
Kepala Dinas Sosial Flores Timur Benediktus B. Herin menjelaskan beras itu akan disalurkan kepada 365 keluarga (KK) atau satu keluarga menerima menerima 20 kilogram (kg) beras. "Beras bantuan ini dari Dinas Sosial Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) untuk penanganan kemiskinan ekstrem di Flores Timur," ujar Herin kepada detikBali, Senin (25/9/2023).
Herin menerangkan beras akan dikeluarkan dari gudang Bulog dan diantar ke gudang Dinas Sosial Flores Timur. Beras kemudian didistribusikan kepada keluarga penerima manfaat yang belum pernah menerima bantuan pangan non-tunai (BPNT) dan penerima bantuan program keluarga harapan (PKH).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Herin berharap semoga bantuan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai stimulan untuk mengatasi tak terbelinya beras oleh golongan masyarakat miskin ekstrem. Dia juga berjanji akan melanjutkan program bantuan itu ke daerah lain.
"Yang belum dapat akan diperhatikan ke depannya," ungkap Herin.
Operasi Pasar untuk Tekan Harga Bahan Pokok
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Flores Timur Siprianus Ritan akan menggelar operasi pasar. Sebab, harga bahan pokok itu kian melambung dan mengerek harga bahan pangan lain.
"Sampai (kenaikan harga) ke rempah-rempah dan sayuran," tutur Sipri Ritan.
Sipri Ritan mengatakan harga beras premium di Flores Timur naik hingga lebih dari Rp 15 ribu per kilogram. Masalahnya, pedagang kerap nakal dengan mencampur beras premium itu dengan medium.
"Lalu, dijual dengan harga beras premium," keluh Sipri Ritan.
Naiknya harga beras dikeluhkan oleh pedagang sayur di Pasar Inpres Larantuka, Flores Timur. Sebab, daya beli masyarakat tetap sehingga mereka lebih mengutamakan beli beras dibandingkan sayur.
Seorang pedagang sayur An Tukan menuturkan kini dalam sepekan tiga kilogram tomat belum tentu laku. "Pembeli sayur berkurang dari hari ke hari," keluhnya.
Hal senada disampaikan oleh Melki Keli. Pedagang bahan pokok ini terus merugi karena mahalnya harga bahan pokok seperti beras. Pria berusia 23 tahun ini mengatakan pada Agustus lalu, ia bisa mendapatkan Rp 3 juta per bulan.
"Bulan ini mentok Rp 1 juta (pendapatan per bulan)," tutur Melki memperkirakan.
Menurut data yang dihimpun detikBali, harga sayur di Pasar Inpres Larantuka beragam. Misalkan, kangkung Rp 1.000 untuk tiga ikat, bayam (Rp 5 ribu per lima ikat), bawang putih (Rp 35 ribu/kg), bawang merah (Rp 20 ribu/kg), dan cabai (Rp 35 ribu/kg).
(gsp/dpw)