"Perbandingannya sama pada periode 2022," ujar Ayodhia, Kamis (21/9/2023).
Adapun dari sisi pengeluaran, Ayodhia menjelaskan, perekonomian NTT masih didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu 69,45 persen. Tiga kota yang menjadi pengukuran inflasi di NTT antara lain Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, (deflasi 1,20 persen); Kota Kupang (deflasi 0,98 persen); dan Kota Maumere, Kabupaten Sikka (inflasi 0,37 persen).
"Langkah-langkah telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan instansi terkait sebagai upaya untuk kita kendalikan inflasi," jelasnya.
Ayodhia menerangkan dalam upaya pengendalian inflasi, Pemprov NTT melakukan sejumlah kegiatan seperti high level meeting, sidak pasar, pasar murah, dan operasi pasar untuk menjamin stabilitas harga komoditas. Kemudian bekerja sama antar daerah untuk kelancaran pasokan penghasil komoditas.
"Saya juga sudah beberapa kali masuk ke Pasar Oebobo, Pasar Inpres Naikoten 1, dan salah satu mall yang cukup besar untuk mengecek ketersediaan sembako dan juga harga-harga dalam rangka menjaga stabilitas harga sembako di NTT," terangnya.
Ayodhia menegaskan agar tidak hanya bekerja sama antar daerah penghasil komoditas, tetapi juga bekerja sama dengan para petani agar dapat menanam tanaman yang cepat panen. Selain itu, juga berkolaborasi dengan beberapa pihak agar dapat mengatasi inflasi melalui pemenuhan kebutuhan masyarakat NTT.
"Semua yang dilakukan sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan stok, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi yang efektif. Inilah yang terus dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya," imbuhnya.
(nor/gsp)