Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) memberikan tanggapan terkait Satuan Petugas (Satgas) Bali Becik yang dalam waktu dekat bakal dijalankan untuk mengawasi warga negara asing (WNA) di Bali. WNA asal Afrika Selatan, Thandeka Nhlapo; asal Perancis, Sabrinelle Cid; dan asal Australia, Ryan Jones mengaku setuju dengan pembentukan Satgas Bali Becik tersebut.
Satgas Bali Becik ditargetkan melaksanakan 100 kali operasi pengawasan setiap bulan. Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Silmy Karim menegaskan operasi bakal berjalan sedemikian rupa tanpa mengganggu jalannya pariwisata.
Berikut alasan ketiga WNA setuju dibentuknya Satgas Bali Becik di Pulau Dewata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Harus Menghormati Negara Yang Sedang Dikunjungi
WNA asal Afrika Selatan bernama Thandeka Nhlapo menuturkan mendukung pembentukan Satgas untuk mengawasi WNA di Bali. Sebab, perempuan berusia 24 ini berdalih turis asing seharusnya menghargai negara yang mereka tengah kunjungi.
"Ya, menurut saya pelaksanaan (Satgas Bali Becik) ini harus dilakukan karena pada akhirnya kami (WNA) berkunjung ke negara orang dan harus menghormati (peraturan) negara tersebut," ujar Thandeka kepada detikBali saat ditemui di Pantai Kuta, Badung, Bali, Minggu (23/7/2023).
Disinggung apakah Thandeka merasa tidak nyaman apabila ada 100 kali operasi pengawasan setiap bulan, dia mengaku selama operasi tersebut tidak mengganggu privasinya, itu bukanlah sebuah permasalahan.
"Jika operasi itu untuk tujuan penting, ya nggak apa-apa lanjut. Tapi kalau mengganggu privasi, ini akan membuat saya sedikit tidak nyaman," imbuhnya, yang tiba di Pulau Dewata pada Sabtu (22/7/2023).
Apalagi, sambung dia, kalau Satgas Bali Becik terus-menerus mengawasi membuat tak menyenangkan. "Mereka pastinya bakal membuat saya tidak nyaman. Kalau sekali-kali sih mengawasinya, ya nggak apa-apalah," katanya, yang bakal pelesiran di Bali hingga pekan depan.
Meski Satgas Bali Becik sudah berjalan dalam waktu dekat, ini tak membuat Thandeka jerah untuk kembali ke Indonesia, khususnya Bali.
"Ya, saya pikir saya akan kembali ke Bali karena saya menghormati negara ini (Indonesia) dan hukum yang berlaku. Tetapi di satu sisi, saya juga ingin merasa bebas berjalan-jalan tanpa merasa aneh sebagai turis," tandasnya.
2. Jaga Citra Baik Pulau Dewata
WNA Perancis bernama Sabrinelle Cid sepenuhnya setuju dengan adanya Satgas Bali Becik. Menurut wanita berusia 31 tahun ini, Satgas Bali Becik merupakan hal yang baik demi kenyamanan di Pulau Dewata.
"Ya, saya setuju dengan Satgas Bali Becik. Menurut saya, ini akan menjadi hal baik terkait keamanan. Untuk semua orang di Bali dan turis juga," kata Sabrinelle.
Wanita keturunan Aljazair ini menyebut Pulau Dewata sangat populer di belahan dunia. Oleh sebab itu, menurutnya mempertahankan reputasi baik Bali mesti diprioritaskan.
"Bali sangat terkenal di seluruh dunia. Saya pikir menjaga citra baik Bali sangatlah penting," imbuh bule yang pelesiran dengan keluarganya di Indonesia selama dua pekan.
Sabrinelle tidak masalah apabila Satgas Bali Becik sudah berjalan dan ada 100 kali operasi selama sebulan. Bahkan, dia bakal merasa nyaman-nyaman saja dan tetap akan kembali ke Bali suatu hari nanti.
"Ok, baguslah. Saya akan merasa nyaman saja. Nggak apa-apa. Saya akan mengunjungi Bali lagi," tandasnya.
3. Setuju Tapi Bisa Mengintimidasi Turis Asing
Sementara itu, WNA Australia bernama Ryan Jones mengatakan dia tetap setuju dengan pembentukan Satgas Bali Becik, meskipun dia belum tahu secara mendalam terkait Satgas tersebut. Menurut pria berusia 35 tahun ini, Satgas tersebut bakal bisa membantu menertibkan WNA yang berulah.
"Mungkin saya tidak terlalu tahu banyak tentang itu (Satgas Bali Becik), tapi saya setuju dengan itu. Menurut saya, Satgas ini akan membantu penertiban orang-orang (bule) yang melakukan hal yang salah," imbuhnya.
Kendati demikian, pria dari Negeri Kanguru ini mengaku apabila operasi sudah berjalan, hal ini kemungkinan bisa membuat turis asing terintimidasi. "Itu (pengawasan) bisa mengintimidasi. Dan saya rasa alasan turis asing datang ke Bali tak hanya menikmati budaya, tapi juga untuk bersantai," papar Ryan.
Selain itu, dia juga menilai bahwa pengawasan terhadap turis asing terdengar kasar. Namun, dia menuturkan selama pengawasan tersebut dilakukan untuk mencegah WNA yang berulah, maka dia setuju sepenuhnya.
"Kalau mereka (Satgas Bali Becik) di sana untuk mencegah turis yang melakukan hal yang salah, itu nggak apa-apa. Dan saya tetap akan kembali ke Bali," tandasnya.
(nor/nor)