Dua unit bus terjebak di Sungai Kapsali, Desa Manubelon, Kecamatan Amfoang Barat Daya, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara (NTT), Jumat (24/2/2023) sore. Hingga kini, kedua bus tersebut belum berhasil dievakuasi.
"Ini pasir dalam sungai sangat tebal makanya susah untuk kami evakuasi," ujar salah satu sopir bus Okto Lie (42), Sabtu (25/2/2023).
Ia mengatakan kedua bus itu terjebak saat sedang berpapasan melintasi sungai. Ketika itu, satu bus hendak menuju Kota Kupang. Sementara bus yang dikendarainya hendak menuju Soliu, Amfoang Barat Laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berpapasan dalam sungai dan langsung terjebak karena pasir cukup tebal," katanya.
Ia mengaku sudah mencoba mengevakuasi bus dengan cara memasangkan tali lalu ditarik paksa. Namun, upaya itu tidak berhasil.
"Warga dan penumpang bantu tarik paksa tapi belum bisa keluar karena ban belakang sudah ditimbun pasir," ungkapnya.
Okto berharap Pemerintah Kabupaten Kupang dan Pemerintah Provinsi NT segera membangun jembatan yang sebelumnya putus akibat dihantam banjir. Untuk diketahui, Sungai Kapsali merupakan akses penghubung utama jalur pantura antara Kecamatan Amfoang Barat Daya, Amfoang Barat Laut, Amfoang Utara, Amfoang Timur, dan negara Timor Leste.
"Kami masyarakat kecil ini punya harapan besar kalau bisa secepatnya pemerintah daerah bangun jembatan karena ini satu-satunya akses penghubung utama antarkecamatan bahkan bisa tembus ke Timor Leste," ucapnya.
Terpisah, Camat Amfoang Barat Daya Yesua To membenarkan kedua bus terjebak. Ia mengatakan kendaraan roda dua, roda empat, dan roda enam yang melintasi Sungai Kapsali sudah berulang kali terjebak hingga berhari-hari.
"Kendaraan yang melintasi sungai ini sudah ulang-ulang terjebak," katanya
Tak hanya bus, Yesua menyebut mobil ambulans yang mengangkut pasien hamil dari Manubelon menuju Kota Kupang juga sempat terjebak sekitar satu jam. Hanya saja, mobil ambulans tersebut berhasil dievakuasi oleh masyarakat setempat.
"Sedangkan ibu yang hamil itu dimuat di atas perahu dayung, baru antar ke seberang sungai," pungkasnya.
(iws/BIR)