Disdikbud Akui Puluhan Gedung Sekolah Negeri di Kupang Tidak Layak

Disdikbud Akui Puluhan Gedung Sekolah Negeri di Kupang Tidak Layak

Yufen Ernesto - detikBali
Jumat, 17 Feb 2023 19:29 WIB
Kondisi bangunan SMP Negeri 5 Amabi Oefeto yang berdinding pelepah tanaman gewang dengan atap daun lontar di Desa Fatuteta, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kondisi bangunan SMP Negeri 5 Amabi Oefeto yang berdinding pelepah tanaman gewang dengan atap daun lontar di Desa Fatuteta, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Istimewa)
Kupang -

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang Imanuel Buan mengakui puluhan sekolah negeri di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki gedung yang tidak layak. Hal itu karena minimnya anggaran untuk pembangunan gedung.

"Masih banyak, sekitar puluhan sekolah di Kabupaten Kupang yang belum disentuh pembangunan gedung yang layak," ungkap Imanuel kepada detikBali, Jumat (17/2/2023).

Menurutnya, gedung sekolah yang kurang representatif untuk kegiatan belajar mengajar tidak hanya dialami SMP Negeri 5 Amabi Oefeto Timur. Sejumlah SD dan SMP lainnya juga serupa. Sekolah tersebut tersebar di Pathau, Amfoang Barat Daya, Amfoang Selatan, Fatuleu, dan Amarasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bukan saja seperti sekolah di Amabi Oefeto itu tapi masih banyak yang kondisinya juga sangat parah, kondisinya sangat memprihatinkan," imbuhnya.

Imanuel mengaku telah menyampaikan persoalan tersebut ke anggota DPR RI agar mendapat anggaran pembangunan gedung sekolah. Ia berharap sekolah-sekolah di pedalaman Kupang tersebut mendapat perhatian.

"Banyak sekolah darurat sudah saya sampaikan ke anggota DPR Anita Jacoba Gah. Kebetulan dia berasal dari Kupang namun belum ada jawaban," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, gedung SMP Negeri 5 Amabi Oefeto menjadi sorotan karena bangunannya yang menyerupai gubuk. Gedung sekolah itu berdinding pelepah tanaman gewang dengan atap dari daun lontar yang tampak sudah lusuh. Rumput liar juga tumbuh rimbun di sekeliling bangunan.

Saat hujan deras, para siswa dan guru sering kehujanan dan kebanjiran. Sebanyak 36 siswa di sekolah itu terpaksa belajar di ruangan berlumpur yang hanya berlantai tanah liat.




(iws/gsp)

Hide Ads