Gunawan bercerita, tak jarang dia terjatuh dari kendaraan dinas jenis Honda Win 100 cc saat berangkat mengajar. Bahkan saat hujan lebat tiba akan membuat Gunawan kesulitan mengendarai motor dinasnya menuju sekolah di Dusun Panggang.
"Kadang kalau lumpurnya sudah terlalu parah kan. Kita tidak bisa lewati itu. Apalagi itu kalau saat hujan, saya kadang yang pikul atau angkat kendaraan itu. Karena kan tidak bisa jalan karena lumpur," cerita pria berusia 44 tahun itu, Kamis (24/11/2022) via sambungan telepon.
Gunawan mengatakan, selama dimutasi menjadi kepala sekolah di SDN di Dusun Panggang pada awal tahun 2022 lalu, ia selalu kesulitan menuju sekolah. Pasalnya saat musim kemarau, jalanan lumpur itu berubah menjadi jalan yang penuh bebatuan dan keras sepanjang 7 kilometer.
"Saya memang dari Dusun Pengantap Desa Buwun Mas Sekotong. Jadi dulunya saya mengajar di SDN 6 Desa Buwun Mas kan. Hampir setahun sudah pindah ke SDN Panggang," katanya.
Bahkan, setiap hari, Gunawan harus berangkat menuju SDN Panggang pada pukul 06.00 Wita. Jika berangkat lebih dari pukul 06.00 Wita, dia akan terlambat tiba di sekolah. Bahkan saat musim hujan tiba, dia berangkat dari kediamannya ke sekolah selepas salat subuh.
"Memang tidak jauh ya dari rumah. Jaraknya sekitar 15 Km. Karena, medan yang sangat terjal, berlumpur saat musim hujan harus berangkat lebih pagi," katanya.
Titip Kendaraan di Rumah Warga
Terkadang jika hujan terlalu lebat, Gunawan bersama 8 guru lainnya menitip kendaraan di rumah warga di Dusun Sauh, Desa Persiapan Belongas. Jika berjalan kaki, Gunawan pun akan menempuh jarak sekitar 5 Km.
"Kalau jalan kaki kan bisa potong jalan melewati menange (semacam tambak) di sana. Jadi tidak perlu naik lewat jalan bukit. Tapi kalau lagi air surut. Tapi kalau air pasang ya terpaksa harus naik kendaraan lewat jalan bukit," ujarnya.
Butuh MCK dan harapan para guru klik halaman berikutnya
Simak Video "Tambah Tahu: Hari Guru Nasional 25 November Beda dengan Hari Guru Dunia"
(nor/dpra)