Lombok Barat - Saat musim hujan tiba, jalan perbukitan menuju SDN Panggang di Dusun Panggang, Desa Persiapan Belongas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) berubah menjadi lumpur yang sangat sulit dilewati kendaraan. Bahkan, tak jarang Kepala Sekolah SDN Panggang Lalu Gunawan bersama 8 guru yang mengajar di sekolah yang dulunya menjadi sekolah jarak jauh pada tahun 2010 lalu itu, harus memikul kendaraannya melewati lumpur menuju sekolah demi bertemu siswa-siswinya.
Gunawan bercerita, tak jarang dia terjatuh dari kendaraan dinas jenis Honda Win 100 cc saat berangkat mengajar. Bahkan saat hujan lebat tiba akan membuat Gunawan kesulitan mengendarai motor dinasnya menuju sekolah di Dusun Panggang.
"Kadang kalau lumpurnya sudah terlalu parah kan. Kita tidak bisa lewati itu. Apalagi itu kalau saat hujan, saya kadang yang pikul atau angkat kendaraan itu. Karena kan tidak bisa jalan karena lumpur," cerita pria berusia 44 tahun itu, Kamis (24/11/2022) via sambungan telepon.
Gunawan mengatakan, selama dimutasi menjadi kepala sekolah di SDN di Dusun Panggang pada awal tahun 2022 lalu, ia selalu kesulitan menuju sekolah. Pasalnya saat musim kemarau, jalanan lumpur itu berubah menjadi jalan yang penuh bebatuan dan keras sepanjang 7 kilometer.
"Saya memang dari Dusun Pengantap Desa Buwun Mas Sekotong. Jadi dulunya saya mengajar di SDN 6 Desa Buwun Mas kan. Hampir setahun sudah pindah ke SDN Panggang," katanya.
Bahkan, setiap hari, Gunawan harus berangkat menuju SDN Panggang pada pukul 06.00 Wita. Jika berangkat lebih dari pukul 06.00 Wita, dia akan terlambat tiba di sekolah. Bahkan saat musim hujan tiba, dia berangkat dari kediamannya ke sekolah selepas salat subuh.
"Memang tidak jauh ya dari rumah. Jaraknya sekitar 15 Km. Karena, medan yang sangat terjal, berlumpur saat musim hujan harus berangkat lebih pagi," katanya.
Titip Kendaraan di Rumah Warga
Terkadang jika hujan terlalu lebat, Gunawan bersama 8 guru lainnya menitip kendaraan di rumah warga di Dusun Sauh, Desa Persiapan Belongas. Jika berjalan kaki, Gunawan pun akan menempuh jarak sekitar 5 Km.
"Kalau jalan kaki kan bisa potong jalan melewati menange (semacam tambak) di sana. Jadi tidak perlu naik lewat jalan bukit. Tapi kalau lagi air surut. Tapi kalau air pasang ya terpaksa harus naik kendaraan lewat jalan bukit," ujarnya.
Butuh MCK dan harapan para guru klik halaman berikutnya
Butuh MCKGunawan mengatakan jumlah siswa di SDN Panggang sebanyak 67 siswa. Dari jumlah tersebut, pihak sekolah masih membutuhkan satu ruang kelas tambahan. Ada pun jumlah guru yang mengajar di SDN Panggang sebanyak 9 orang dan terdiri dari 1 orang operator.
"Kita mau ada penambahan guru juga. Tapi kan karena kalau mau angkat orang setempat sulit. Banyak yang tidak kuliah malahan anak-anak di sini. Kebanyakan nikah muda bahkan," cetusnya.
Awalnya SDN Panggang definitifkan menjadi sekolah sendiri itu pada tahun 2010 silam. SDN Panggang dulunya merupakan sekolah jarak jauh dari SDN 6 Buwun Mas.
"Jadi sesuai dengan nomenklatur yang diterbitkan tanggal 8 April 2010 lalu oleh Bupati Lombok Barat, SDN Panggang boleh mengadakan ujian sekolah sendiri," katanya.
Ada pun luas halaman sekolah sendiri seluas 38 are atau 380 meter persegi. Namun, dari ruang 5 kelas tersebut tidak memiliki lokasi mandi cuci kakus (MCK). Bahkan tak jarang guru-guru yang mengajar di sana kerap buang air ke rumah warga setempat.
"Ya kami minta agar MCK segera dibangun. Kadang kalau guru kebelet nih, terus mau BAB (buang air besar) itu pergi ke semak-semak di hutan. Kami mohon agar pemerintah bangun MCK," ungkapnya.
Harus ke Tepi Pantai dan Bukit untuk Akses Sinyal
Selain itu, kendala sinyal handphone juga menghantui lokasi SDN Panggang di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat. Jika pihak sekolah ingin mengakses internet tidak jarang harus pergi mencari sinyal ke tepi pantai bahkan sampai naik ke atas bukit.
"Ada sinyal di sekolah itu tapi hanya di satu titik dekat jendela di ruang guru. Jadi kalau pindah dari sana sinyal hilang. Kadang kami giliran kalau mau nelpon di samping jendela itu," jelas Gunawan.
Harap Pemerintah Beri Perhatian Akses Para Guru
Gunawan pun meminta kepada pemerintah daerah dan Provinsi pada momen Hari Guru yang jatuh pada Jumat (25/11/2022) agar bisa memperhatikan kondisi akses menuju ke SDN Panggang.
"Bisa memang lewat laut tapi kita harus bayar Rp 250 ribu sampai teluk Panggang. Jadi kan naik di Dusun Sauh. Jadi kalau naik perahu itu kita butuh Rp 500 ribu untuk ongkos pulang pergi," pungkasnya.
Simak Video "Video Prabowo: Saya Merasa Ada Ikatan Batin dengan Guru"
[Gambas:Video 20detik]