Puluhan siswa-siswi kelas 7C di SMPN 1 Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih belajar di musala pasca atap ruang kelas mereka diterjang oleh angin puting beliung pada Jumat (21/10/2022) lalu. Para siswa mengeluhkan proses belajar yang membuat mereka kecapean karena tidak ada bangku dan meja. Mereka belajar dalam posisi duduk di lantai dengan kaki ditekuk.
"Belajarnya nggak enak pak, karena tidak ada meja. Capek kaki juga karena ditekuk," kata salah seorang siswi Nindi Maulinda (13) saat ditemui detikBali di musala sekolah, Senin (21/11/2022).
Para siswa mengaku sudah sebulan belajar di musala pasca kelas mereka diterjang angin puting beliung. Mereka harus belajar dengan cara duduk bersila mulai dari pukul 07.00 Wita hingga 12.00 Wita.
"Mulai pagi sampai pulang belajar disini terus, sudah mau sebulan," ucapnya.
Salah seorang siswi lainnya, Niswati Madinah (13) mengatakan, setiap hari guru mata pelajaran selalu masuk sehingga proses belajar mengajar tetap aktif. Para siswa mengaku senang ketika masuk waktu istirahat sebab mereka bisa meregangkan otot-otot setelah duduk berjam-jam untuk belajar.
"Setiap hari tetap masuk, guru tetap masuk di sini. Kalau keluar main baru enak," ujarnya.
Siswi ini mengaku sudah rindu belajar di kelas dengan menggunakan meja dan kursi. Dia berharap atap kelas mereka bisa diperbaiki sehingga proses belajar mengajarnya bisa berjalan maksimal dan efektif.
"Harapannya sekolah bisa diperbaiki lebih cepat agar bisa belajar di kelas lagi. Sudah capek belajar duduk terus," ungkapannya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Dompu Abdul Basith mengatakan, membenarkan puluhan siswanya masih belajar di musala pasca atap kelas diterjang angin puting beliung. Hla tersebut dilakukan karena tidak ada pilihan lain dan atap belum diperbaiki.
"Iya sudah sebulan belajar di musala, mau gimana lagi atapnya belum diperbaiki. Mau dibawa kemana siswa-siswi kita ini kalau nggak di musala," ujarnya.
Basith mengaku, belum diperbaikinya atas sekolah itu karena terkendala biaya perawatan. Ditambah kerusakan yang cukup parah sehingga harus dibangun baru.
"Kalau cuma untuk perawatan di sekolah ada, tapi kalau pembangunan baru ini kan tidak ada harus dari Dinas. Kemarin kita sudah laporkan semua ke Dinas bahkan ada bantuan dari BPBD berupa terpal untuk atap sementara waktu," tuturnya.
Basith mengaku pihaknya telah mengajukan permintaan ke Disdikpora untuk diberikan izin menggunakan dua ruangan yang baru dibangun agar bisa digunakan sebagai ruang belajar. Sayangnya permintaan itu belum direspon hingga saat ini.
"Upaya juga kita sudah minta ke Dikpora agar 2 kelas di bangunan baru yang sudah diselesaikan agar bisa digunakan untuk belajar. Namun sampai saat ini belum direspon permintaan kami. Menurut saya, belajar di musala maksimal dalam tanda kutip, karena memang belajarnya mereka sambil duduk," pungkasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(nor/hsa)