Siswa SMA di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) memproduksi minyak goreng kelapa sendiri di tengah mahalnya minyak goreng kemasan. Siswa SMA Negeri 1 Amfoang Barat Laut mengolah buah kelapa menjadi minyak goreng alami.
Guru Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Amfoang Barat Laut, Gusty Haupunu, mengajari anak didiknya membuat minyak goreng sendiri. Ia mengungkapkan, pengolahan kelapa menjadi minyak goreng membutuhkan beberapa alat dan bahan.
Seperti parang, 180 buah kelapa tua, mol kelapa, tempat penampung, kain untuk memeras parutan kelapa, alat penyaring, kuali, daun pepaya, dan kunyit tua. Sekali produksi para siswa menghasilkan 14 liter minyak goreng, yang dijual Rp 10.000 per botol ukuran sedang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dijual dengan harga murah agar membantu masyarakat, karena harga minyak goreng per liter berkisar Rp 25.000-30.000 per liter," jelas Gusty Haupunu, Jumat (21/10/2022).
Siswa SMAN 1 Amfoang Barat Laut mengolah minyak goreng dari kelapa yang dicampur daun pepaya dan kunyit tua. Santan yang sudah dipanaskan akan ditambah dua bahan tersebut.
Selain mengajarkan siswanya, Gusty Haupunu juga mengajari masyarakat setempat untuk mengolah kelapa menjadi minyak. Hal ini dikarenakan ia melihat banyak buah kelapa yang belum dimanfaatkan secara maksimal. "Di kampung sini, buah kelapa sangat banyak, namun jarang dimanfaatkan dengan baik," ungkapnya.
Gusty Haupunu menjelaskan alasannya menciptakan inovasi pengolahan minyak goreng dan mengajarkannya kepada para siswa SMAN 1 Amfoang Barat Laut. Menurutnya, jika siswa hanya belajar teori tanpa praktik, maka tidak akan berdaya saing.
"Selama ini kita hanya selesaikan waktu belajar dengan peserta didik di kelas dengan membahas teori-teori. Kita lupa bahwa teori tanpa praktik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang tidak berdaya saing," katanya.
![]() |
Ia pun melihat kondisi di mana model pembelajaran selama ini cenderung didominasi teori tanpa praktik. Untuk itu, ia membuat mata pelajaran Geografi di sekolahnya meluncurkan inovasi pembelajaran berbasis pengolahan bahan baku di lingkungan sekitar.
"Dengan adanya praktikum semacam ini, peserta didik akan tumbuh dan berkembang menjadi karakter anak bangsa yang cinta terhadap produk lokal dalam menunjang industri daerah berbasis kearifan lokal," terangnya.
"Semoga model pembelajaran inovasi ini dapat memberikan bekal ilmu bagi generasi muda Amfoang ke depan. Rencananya akan memproduksi di atas 20 liter dan dipasarkan ke pasar tradisional sebagai bentuk pembangunan edukasi terhadap masyarakat setempat," imbuhnya.
(irb/hsa)