Burung Elang Laut berwarna abu kemerah-merahan itu memiliki penglihatan tidak normal seperti burung pada umumnya. Dia jinak bahkan tidak bisa terbang jauh karena mata sebelah kirinya hilang tertembak. Bukan cacat dari lahir atau bekas berkelahi antar spesies melainkan diduga ditembak pemburu. Hal itu seperti keterangan Anwar (45) salah satu petugas Balai Konservasi Taman Wisata Alam Gunung Tunak yang setia merawat Elang Laut asal Desa Mertak Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah NTB saat ditemui detikBali beberapa saat lalu.
Anwar dengan tulus menjaga kesehatan si Elang Laut bermata satu itu. Bahkan kata Anwar, Elang Laut itu dimandikan dan diberikan makan seperti anak bayi yang baru lahir di dekat penangkarannya di Taman Wisata Alam Gunung Tunak selama alami luka pada mata kirinya. Elang Laut dengan nama lain steller atau steller's sea eagle itu kata Anwar mengalami luka pada bagian mata kirinya sehingga tidak mampu berburu secara mandiri di lautan kawasan TWA Gunung Tunak.
Anwar juga mengaku, elang dengan nama ilmiah Haliaeetus pelagicus ini merupakan spesies elang laut satu-satunya yang masih mendiami kawasan TWA Gunung Tunak. "Jadi pada tahun 2020 lalu, elang ini memang pernah ditembak pemburu. Jadi dia tidak bisa terbang. Nah sejak saat itu kami rawat agar matanya sembuh," ujar Anwar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama bekerja tahun 2017 lalu, selain merawat Elang Laut yang sempat mendapat tembakan pemburu itu pada tahun 2020 lalu, Anwar juga dengan tulus merawat sebanyak 38 ekor rusa (cervus timorensis) bersama petugas lainnya. Dia juga mengaku berhasil menjinakkan Elang Laut berwarna kuning kemerahan itu setahun selepas dirawat di penangkaran TWA Gunung Tunak.
"Dulu sempat tidak mau makan karena galak kan. Saya sempat dipatok. Tapi lama-lama dia jinak. Bahkan kalau lagi lapar dia marah kita pasti kena patok," kata Anwar.
Burung dengan berat 3 kilogram itu sekarang hanya dirawat oleh Anwar. Bahkan kata pria asli Desa Mertak itu memberikan Elang Laut bermata satu itu makan 2 kali dalam sehari. "Jadi waktu makannya pagi dan sore. Jadi nggak boleh telat," cerita Anwar.
Elang Laut itu kini dilepas bebas di TWA Gunung Tunak. Namun, karena penglihatannya tidak normal, burung itu tidak bisa terbang jauh dari kawasan TWA Gunung Tunak. Bahkan burung itu sesuai hasil pemantauan Anwar sudah tidak bisa memburu di alam bebas. "Kita lepaskan. Tapi matanya tidak bisa melihat jelas. Mungkin tidak bisa melihat mangsa dengan jelas. Elang kan keunggulannya ada di bagian mata yang tajam dan kukunya," ujar Anwar.
Mengurus Elang Laut, Anwar hanya mendapatkan gaji UMR dari pihak TWA Gunung Tunak di bawah wewenang BKSDA NTB. Bahkan Anwar rela menghabiskan kesehariannya dengan setia menjaga Elang Laut itu di TWA Gunung Tunak. "Ya hanya saya yang merawat dia. Teman-teman yang lain merawat rusa dan area TWA Gunung Tunak," pungkas Anwar.
Diketahui, TWA Gunung Tunak memiliki luas 1.217 hektar. TWA Gunung Tunak juga memiliki keindahan alam yang dilindungi pemerintah. Areanya menjorok ke Samudra Hindia sebagai salah satu sisi terluar Pulau Lombok wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Potensi sumber daya TWA Gunung Tunak dengan lekuk pantai tersembunyi diapit tebing-tebing batuan gamping purba. Juga dengan backdrop hutan tropis dataran rendah TWA Gunung Tunak memiliki keanekaragaman flora dan fauna endemik yang masih terjaga.
Pengelolaan TWA Gunung Tunak berada di bawah supervisi BKSDA NTB dan dukungan salah satu Non Government Organization (NGO) yang bergerak di bidang penyelamatan hutan Korea-Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC). Selain itu, TWA Gunung Tunak juga dikelola langsung oleh masyarakat melalui Kelompok Ekowisata Tunak Besopok mulai tahun 2014 silam.
(nor/nor)