Setelah sempat ketersediaan stok vaksin anti rabies (VAR) yang sebelumnya sangat terbatas akhirnya ditambah. Namun dari penambahan VAR ini juga belum mencukupi jika kasus gigitan anjing rabies di Jembrana terus bertambah.
VAR ini merupakan pengadaan puskemas yang memiliki anggaran Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD), yang anggarannya mencukupi untuk membeli vaksin. "Kalau BLUD masih boleh digeser anggarannya," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana I Made Dwipayana saat dikonfirmasi detikBali, via telepon Kamis (19/5/2022).
Vaksin yang baru datang pada hari Jumat (13/5/2022) lalu sebanyak 390 dosis yang dibeli oleh puskesmas dari anggaran BLUD dan ditambah dari provinsi sebanyak 50 dosis, sehingga total 440 dosis. "Dan itu sudah terpakai beberapa gigitan," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk saat ini, pemberian VAR masih selektif, tergantung gigitannya. Namun jika bisa menekan kasus gigitan, stok VAR yang ada bisa sampai 2 bulan. "Tapi kalau gigitan makin banyak dan semua minta, tiga minggu saja habis," jelasnya.
Namun dari jumlah masih kurang, karena tidak semua puskesmas bisa membeli VAR. "Puskesmas yang punya cukup anggaran BLUD dan yang bisa dialihkan anggarannya untuk beli vaksin anti rabies dan rumah sakit juga beli," jelasnya.
Sehingga untuk mencukupi kebutuhan VAR di puskesmas yang belum bisa membeli VAR, akan mengambil dari puskesmas yang punya VAR lebih banyak.
Dari sepuluh puskesmas di Jembrana, tiga diantaranya yang belum memiliki anggaran BLUD untuk membeli VAR yaitu Puskemas II Pekutatan di Gumrih, Puskemas II Jembrana Desa Air Kuning, Puskesmas II Melaya Gilimanuk. "Beberapa puskesmas masih proses pengadaan," terangnya.
Kadiskes Dwipayana menambahkan, karena masih terbatas, pengadaan VAR dari puskesmas tersebut belum bisa dipastikan cukup sampai kapan. "Kalau kebutuhan, tergantung kasus gigitan. Karena satu gigitan 4 dosis. Kalau 390 sekitar 100 orang dari kasus gigitan positif rabies," jelas Dwipayana.
Padahal setiap bulan dari setiap kasus gigitan anjing rabies, satu anjing bisa menggigit hingga tiga orang. Bahkan dalam beberapa bulan terkahir, dalam satu bulan pernah sampai seratus orang digigit anjing rabies. "Rata-rata 70 an orang per hari," ungkapnya.
Selain itu, karena zona merah sudah merata semua kecamatan di Jembrana jumlah VAR yang ada saat ini masih kurang. Agar stok var aman juga harus menyediakan anggaran cukup besar. Kalau rata-rata memerlukan 500 per bulan bisa aman.
VAR yang baru datang Jumat lalu juga sudah digunakan untuk menyuntik korban gigitan rabies. Termasuk digunakan untuk keluarga korban balita meninggal beberapa hari lalu. "Kita masih upayakan ke pusat juga untuk mendapatkan VAR," jelasnya.
Sementara terkait pelayanan puskesmas yang dikeluhkan keluarga korban balita meninggal, pihaknya akan berkordinasi kepada petugas di puskesmas. "Situasi pada saat itu, mungkin karena pasiennya banyak jadi, petugas itu minta tolong ke orang tua untuk menggosok," tukasnya
Kalau prosedurnya, petugas medis membantu orang tua. Memang orang tua yang harus membersihkan, cuman harus dibantu oleh petugas, supaya benar benar bagus, waktunya juga biar pas, karena paling tidak 15 menit membasuh dengan air dan sabun pada area yang digigit anjing atau HPR lain.
Tetapi, lanjut Dwipayana, memang harus ada pendampingan atau pengawasan petugas sehingga betul - betul dilaksanakan dengan baik. Ke depan akan diperbaiki lagi pelayanan, baik di puskesmas maupun di rumah sakit.
(nor/nor)