Pasca insiden pembakaran enam unit rumah dan satu toko milik warga ummat Buddha, kondisi di Dusun Ganjar Desa Mareje Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB berangsur kondusif.
Meski kondusif, namun proses rekonsiliasi antara kedua belah pihak yang sempat bersitegang akibat kesalahpahaman yang bermula pada Minggu malam (1/5/2022) hingga terjadi insiden pembakaran enam unit rumah warga pada, Selasa malam (2/5/2022) lalu.
"Kondisi di Mareje sudah sangat kondusif pasca kejadian konflik. Kami sudah melakukan upaya rehabilitasi korban. Kami akan lakukan proses rekonsiliasi antara kedua belah pihak juga," kata Kapolres Lombok Barat, AKBP Wirasto Adi Nugroho saat pengamanan perayaan Waisak di Desa Mareje, Senin (16/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, proses rekonsiliasi antara kedua belah pihak juga akan difasilitasi oleh Pemda Lombok Barat bersama jajaran Kepolisian Resort Lombok Barat. "Jadi harapan-harapan ke depan mereka (kedua warga) bisa membaur kembali. Memang ini membutuhkan waktu," kata Wirasto.
Untuk proses penegakan hukum kepada terduga pelaku pembakaran enam unit rumah warga kata Wirasto telah ditangani.
Seluruh rangkaian penanganan proses olah TKP telah berjalan di Polda NTB. "Olah TKP ini Polda yang tangani," katanya.
Wirasto juga mengaku kedua warga masyarakat telah melakukan aktivitas secara damai dan hidup rukun.
" Dari dulu tidak ada persoalan. Yang diharapkan oleh warga kan hidup damai rukun kembali. Memang dari dulu tidak ada permasalahan di Mareje," kata Wirasto.
Dia pun mengaku bahwa insiden pembakaran rumah warga ini terjadi murni karena kesalahpahaman antar dua kelompok yang diawali oleh individu.
"Memang dampaknya terasa di masyarakat ya. Tapi proses-proses ini sedang berjalan. Kita juga mempertemukan mereka untuk rekonsiliasi dan sebagainya," cetus Wirasto.
Upaya rekonsiliasi tersebut kata Wirasto akan dilakukan roah (makan bersama dan berdoa) yang akan dilaksanakan pada Rabu (18/5/2022) di Kantor Desa Mareje.
Kepala Desa Mareje H Muhsin Salim mengaku insiden pembakaran rumah warga yang sempat membuat beberapa pihak tegang kemarin dianggap sudah kembali normal.
",makan bersama (begibung) usai berdamai beberapa waktu lalu," jelas Muhsin.
Tradisi Rapah itu ujar Muhsin akan dirangkaikan dengan pemotongan tiga ekor sapi untuk disantap kedua kelompok masyarakat. "Jadi ada tiga ekor sapi yang disembelih. Kami minta keduanya merayakan hari kebersamaan ini," ujarnya.
Dia pun mengaku tradisi Rapah atau makan bersama sudah ada sejak dulu di Desa Mareje antara kedua kelompok masyarakat. "Jadi keduanya saling undang. Jadi ada istilah ngejot (antar makanan ke masing-masing rumah) warga," kata Muhsin.
Dia pun berharap dengan adanya tradisi Rapah nanti diharapkan insiden yang terjadi di Desa Mareje bisa dilupakan dan dikubur dalam-dalam oleh kedua masyarakat. "Mudahan bisa kembali normal seperti biasa," pungkas Muhsin.
(dpra/dpra)