Mencicipi Sayur Urap Alur, Makanan Khas Desa Budeng Jembrana

Mencicipi Sayur Urap Alur, Makanan Khas Desa Budeng Jembrana

I Ketut Suardika - detikBali
Minggu, 09 Okt 2022 15:13 WIB
Menu sayur urap alur yang menjadi makanan khas Desa Budeng, Jembrana Bali.
Menu sayur urap alur yang menjadi makanan khas Desa Budeng, Jembrana Bali. Foto: I Ketut Suardika
Jembrana -

Tanaman alur salah satu tanaman yang hanya bisa ditemui di pesisir pantai. Bagian ujung tanaman alur diolah menjadi sayur urap dan menjadi makanan khas Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali.

Menu dengan bahan utama tanaman alur, bahkan menjadi menu utama dan andalan salah satu warung makan Greenland Mangrove, Jembrana. Tanaman alur dalam bahasa Jembrana, Bali disebut alor.

Tanaman alur tumbuh di sekitar pesisir, terutama sekitar rawa-rawa dan air payau. Warga Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, menyebut tanaman langka, karena sulit dicari dan dibudidaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tumbuhnya di rawa-rawa, sekitar tambak udang dan pinggiran hutan mangrove," kata I Komang Gede Rudi Artayasa, warga Desa Budeng yang menjadi asisten chief warung Green land Mangrove, Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, ditemui detikBali, Minggu, (9/10/2022).

Tanaman alur ini, lanjut Rudi, merupakan tanaman yang menjadi makanan khas turun temurun dari nenek moyang warga di Desa Budeng, diberi nama sayur urap alur, karena dicampur dengan kelapa parut yang sudah dibumbui. Karena tumbuh liar, bahan baku makanan ini, tidak gampang dicari dan membutuhkan waktu 1 hingga 2 hari untuk mendapatkannya.

ADVERTISEMENT

"Untuk mencari 5 kilogram bahan yang mentah bisa sampai satu dua hari. Sangat sulit mencari alur ini," ungkapnya.

Sehingga, untuk menjaga stok bahan makanan, pihaknya bekerjasama dengan warga setempat. Pihaknya akan membeli hasil pencarian alur yang didapatkan masyarakat, sehingga ekonomi bisa bergerak.

"Di sini kita menyediakan makanan yang sudah jadi dan masyarakat yang mencari bahan tersebut," ujarnya.

Sama seperti bahan lain, seperti kepiting, udang dan kerang pun juga didapatkan dari masyarakat yang langsung mencari di hutan mangrove dan hasil budidaya mereka.

Proses Pembuatan dan Bumbunya

Bagian ujung tanaman alur diolah menjadi sayur urap dan menjadi makanan khas Desa Budeng, Jembrana Bali.Bagian ujung tanaman alur diolah menjadi sayur urap dan menjadi makanan khas Desa Budeng, Jembrana Bali. Foto: I Ketut Suardika

Proses pembuatan urap alur ini tergolong mudah. Seperti masak sayur pada umumnya, bahan alur yang sudah disiapkan dicuci terlebih dahulu hingga bersih, kemudian alur direbus.

Nah, beda dengan masakan sayur lainnya. Alur ini ketika direbus warna hijau sayurnya akan semakin muncul. Sehingga terlihat sangat segar, enak dipandang dan menggugah selera makan.

Dari segi bumbunya juga sangat sederhana. Seperti bumbu lawar Bali pada umumnya, ada bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai kecil, kencur, sereh dan gula merah.

"Bumbu tambahan nanti ada bawang merah dan cabai kecil yang digoreng. Ditambah dengan kelapa utuh yang dibakar kemudian diparut. Nanti diurap atau dicampur. Makanya kita namai urap alur," terang Rudi.

Sebagai salah satu menu makan yang dijual di warung makan Green land Mangrove, Desa Budeng, menu urap alur ini menjadi makanan andalan yang paling banyak dipesan. Dijual dengan harga Rp 15 ribu per porsi, setiap harinya masih kekurangan stok bahan karena permintaan yang tinggi.

Banyak kandungan serat yang ada pada daun alur. Namun sudah bukan rahasia umum apabila seluruh tumbuhan daun-daunan yang bisa dikonsumsi oleh manusia memiliki kandungan serat dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kandungan serat tinggi atau rendah memang tergantung dari jenis tanaman itu sendiri. Namun demikian, bisa dipastikan bahwa daun alur tentu saja juga memiliki manfaat serat. Paling tidak dengan mengkonsumsi daun alur bisa membantu untuk mencukupi kebutuhan serat di dalam tubuh kita dalam satu hari.




(nor/iws)

Hide Ads