Ratusan orang berjubel di Kampung Adat Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Kamis (5/12/2024). Terasa semarak festival yang sedang berlangsung.
Tanaman pisang serta bendera warna-warni menghiasi jalan menuju kampung yang jadi kebanggaan Kota Cimahi. Salah satu keunikannya yaitu kebiasaan masyarakatnya yang tak mengonsumsi beras.
Festival Cireundeu ini berlangsung hingga 7 Desember mendatang. Selain festival kesenian yang ditampilkan, ada juga booth penjualan makanan berbahan baku singkong sebagai kekhasan kampung adat tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya Dessy Setiawati, warga Cimahi yang datang ke Festival Cireundeu. Di situ, ia mencicipi ragam makanan berbahan baku singkong yang jarang ditemui di luaran.
"Tadi coba cireng dari singkong, terus beli egg roll yang juga dibuat dari singkong. Ternyata rasanya sama-sama enak, seperti yang banyak dijual di pasaran," kata Dessy saat ditemui.
Ia menyebut jarang menemui festival adat seperti ini di Kota Cimahi. Hingga setiap ada festival di Kampung Adat Cireundeu, ia selalu menyempatkan diri untuk hadir.
"Ya di Cimahi hal seperti ini jadi hiburan, keunikan tersendiri. Kebetulan enggak banyak tempat yang bisa menggelar festival seperti ini di Cimahi," kata Dessy.
Kenalkan Tradisi dan Makanan Khas Cireundeu
Pj Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi membuka langsung festival tersebut. Menurutnya, festival seperti ini penting diadakan untuk mengenalkan keunikan dan kekhasan kampung yang penghuninya menghayat kepercayaan.
"Festival yang dilaksanakan ini, tidak hanya mengenalkan Kampung Cireundeu, juga ingin menggelorakan singkong sebagai makanan sehat, tidak hanya sebagai makanan pokok di sini tapi juga dengan olahannya," kata Dicky.
Setidaknya ada 50 lebih produk olahan singkong yang bisa dijadikan komoditas khas Cireundeu. Semuanya ditampilkan pada festival kali ini lantaran dikunjungi banyak orang.
"Cimahi ingin menunjukkan bahwa kits bisa berketahanan pangan. Tidak bergantung pada beras. Semoga bisa diikuti masyarakat lainnya karena ketahanan pangan ini kan prioritas," tutur Dicky.
Salah satu upayanya yakni dengan memperjelas status lahan kampung adat yang ditinggali sejak ratusan tahun silam itu. Pihaknya bahkan sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat.
"Mula-mula kita akan mengukur tanah adat ini, kemudian kita urus ke BPN sehingga statusnya jelas. Masyarakat bisa lebih produktif menghasilkan singkong sebagai bahan pokok untuk produk khas di sini," kata Dicky.
(dir/dir)