Houthi Bebaskan Model Entisar al-Hammadi Setelah 5 Tahun Dipenjara

Houthi Bebaskan Model Entisar al-Hammadi Setelah 5 Tahun Dipenjara

Haris Fadhil - detikBali
Minggu, 26 Okt 2025 20:59 WIB
This undated handout picture obtained on April 21, 2021 from the Facebook page of Entisar al-Hammadi shows her posing for a selfie at an unknown location - FACEBOOK/AFP/File
Entisar al-Hammadi. (Foto: FACEBOOK/AFP/File)
Denpasar -

Pemberontak Houthi di Yaman membebaskan model Entisar al-Hammadi (23) setelah hampir lima tahun mendekam di penjara. Hammadi sebelumnya ditangkap saat melakukan pemotretan di Sanaa.

Dilansir dari detikNews, Minggu (26/10/2025), Hammadi dijatuhi hukuman lima tahun penjara atas tuduhan prostitusi, penyalahgunaan narkoba, dan percabulan.

Pengacara Hammadi dan kelompok hak asasi manusia menyebut tuduhan itu palsu serta merupakan bentuk serangan terhadap kebebasan perempuan di wilayah yang dikuasai Houthi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Entisar al-Hammadi dibebaskan kemarin malam dan kini berada di rumahnya. Entisar menderita berbagai penyakit dan kondisinya memburuk akibat ketidakadilan yang dialaminya," ujar pengacaranya, Khaled al-Kamal.

ADVERTISEMENT

Hammadi diketahui sempat mencoba bunuh diri pada 2021. Ia merupakan putri dari ayah warga Yaman dan ibu warga Etiopia.

Sebelum penangkapannya, Hammadi dikenal aktif di media sosial dan dunia hiburan. Ia mengunggah berbagai foto mengenakan pakaian tradisional, celana jin, atau jaket kulit, baik dengan maupun tanpa jilbab. Hammadi juga memiliki ribuan pengikut di Instagram dan Facebook.

Menurut Human Rights Watch, Hammadi telah bekerja sebagai model selama empat tahun dan berperan dalam dua serial televisi di Yaman. Amnesty International menyebut, setelah ditangkap, Hammadi diinterogasi dengan mata tertutup, dilecehkan secara fisik dan verbal, serta menjadi sasaran penghinaan rasis.

"Dia dipaksa untuk 'mengaku' atas beberapa pelanggaran termasuk kepemilikan narkoba dan prostitusi," ujar Amnesty International.

Kekerasan terhadap perempuan, terutama di wilayah yang dikuasai Houthi, dilaporkan meningkat sejak perang saudara pecah pada 2014. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut konflik tersebut telah memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads