Polres Bima Kota, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengungkap 107 kasus narkoba sepanjang 2024 dengan menangkap 119 pelaku. Mirisnya, 20 dari 119 pelaku tersebut merupakan perempuan, yang mayoritas adalah ibu rumah tangga (IRT).
Emak-emak tersebut mengaku terpaksa terjun ke dunia hitam karena terdesak kebutuhan ekonomi.
Salah satu pelaku, HS (42), mengungkapkan penyesalannya setelah ditangkap karena menjual sabu. Dia seharusnya berada di rumahnya di Desa Bugis, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima memasak untuk anak dan suaminya. Namun saat ini, dia berstatus tahanan Polres Bima Kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah tiga bulan saya di sini," ujar ibu tiga anak ini kepada detikBali, Sabtu, (28/12/2024).
HS ditangkap setelah kepergok menjual sabu di gelanggang adu ayam. Dari tangan HS, polisi menyita 10 poket sabu yang dijual seharga Rp 100 ribu per poket. Ia mengaku baru dua hari menjalankan bisnis haram tersebut sebelum tertangkap.
"Saya baru dua hari jualan, tapi langsung ditangkap," tuturnya.
HS nekat menjual narkoba karena terdesak kebutuhan ekonomi. Penghasilan dari usaha jualan kopi di gelanggang adu ayam milik suaminya dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Suami tidak kerja, hasil jualan kopi juga tidak seberapa. Makanya saya coba-coba jualan barang ini (sabu)," aku HS.
Dalam tangis, HS mengaku menyesal atas perbuatannya. Ia menyadari tindakannya telah mempermalukan anak-anak dan keluarganya.
"Menyesal sekali. Kapok saya. Setelah bebas, saya hanya ingin tinggal di rumah saja," katanya.
Kasus serupa juga dialami ID (40), warga Desa Rompo, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima. ID ditangkap polisi karena kedapatan menyimpan sabu seberat 0,1 ons di dalam dompetnya.
Namun, ID mengeklaim narkoba tersebut milik suaminya, yang berprofesi sebagai pengangkut ikan dengan mobil pickup ke Lombok.
"Itu punya suami saya. Sekarang saya tidak tahu di mana dia berada," ungkap ID.
Penangkapan ID membuatnya harus meninggalkan tiga anaknya yang masih kecil. Untuk sementara waktu, ketiga anak tersebut dititipkan ke kakaknya di Desa Rompo.
"Baru beberapa hari di sini. Belum sampai seminggu," ujarnya dengan suara bergetar.
(dpw/dpw)