Beragam Modus Pria Difabel Dekati 'Calon' Korban

Round Up

Beragam Modus Pria Difabel Dekati 'Calon' Korban

Tim detikBali - detikBali
Sabtu, 14 Des 2024 08:33 WIB
Proses rekonstruksi kasus dugaan pelecehan seksual pria difabel di Taman Udayana, Mataram. (Edi Suryansyah/detikBali)
Foto: Proses rekonstruksi kasus dugaan pelecehan seksual pria difabel di Taman Udayana, Mataram. (Edi Suryansyah/detikBali)
Mataram -

IWAS (22), pria difabel tersangka pelecehan seksual di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), mendekati calon korbannya dengan beragam modus. Hal itu diungkap sejumlah rekan tersangka di kampusnya.

Kasus dugaan pelecehan seksual ini mencuat tatkala salah seorang mahasiswi di Mataram berinisial MA melaporkan IWAS ke Polda NTB. Kasus dugaan tindak pidana kekerasan seksual ke Polda NTB dengan Laporan Polisi Nomor : LP/B/166.a/X/2024/SPKT/POLDA NTB. IWAS saat ini berstatus tersangka dan menjadi tahanan rumah.

Sejauh ini korban pelecehan seksual oleh IWAS mencapai 15 orang. Tiga korban di antaranya adalah anak-anak. Berikut rangkuman beragam modus IWAS mendekati perempuan..

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Minta Digarukkan Punggung

Samsul, salah satu rekan IWAS di salah satu kampus negeri di Mataram, mengungkap pelaku melancarkan aksinya dengan meminta tolong agar punggungnya digarukkan.

"Genit (suka) minta (tolong) digarukin (bagian punggungnya). Jadi saya nggak kaget (IWAS jadi tersangka)," ujar Samsul saat ditemui detikBali, Jumat (13/12/2024).

ADVERTISEMENT

"Setelah lihat berita dia, saya nggak kaget. Soalnya dia dikenal di seantero kampus karena suka genit ke semua mahasiswi. Khususnya mahasiswi-mahasiswi cantik," sambung Samsul.

Minta Diteleponkan Ibu

NT, mahasiswi yang sekampus turut mengungkap modus IWAS dengan mahasiswi-mahasiswi cantik. Bahkan, NT juga mengaku pernah menjadi 'korban' modus IWAS.

"Banyak modusnya dia, dulu saat awal-awal semester dia pernah minta tolong saya untuk menelepon ibunya untuk minta dijemput, tapi keesokan harinya dia (mencoba) menghubungi nomor saya. Jadi modusnya buat missed call ke nomor ibunya (untuk dapat kontak perempuan)," tutur NT.

"Nggak kaget sih, waktu awal heboh, cuma bilang 'nah kan'. Nggak kaget deh," sambungnya.

Suka Minta Diantar Pulang Teman Perempuan

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kampus tempat IWAS kuliah, GW, menuturkan IWAS sebenarnya dikenal sebagai mahasiswa yang aktif di masyarakat meski memiliki keterbatasan fisik. IWAS juga ramah dan suka menyapa siapa saja.

"Karena dia punya keterbatasan, dia suka minta diantar pulang sama teman-teman kampus perempuan. Ada teman pria juga, tapi kebanyakan teman-teman perempuan yang antar dia," kata GW.

Mandi Suci

Kuasa hukum MA, Andre Safura, mengungkapkan modus IWAS melakukan pelecehan terhadap kliennya. Menurut Andre, IWAS menggunakan segala tipu daya untuk memengaruhi hingga melecehkan MA secara fisik pada Senin (7/10/2024).

"Saat itu korban membuat video di area jogging Taman Udayana sekitar pukul 08.00 Wita. Dihampiri IWAS, lalu berkenalan dengan korban," ujar Andre kepada detikBali, Minggu malam (1/12/2024).

IWAS lantas mengajak korban ke arah utara, lokasi yang biasa digunakan para muda-mudi berpacaran. Tak sengaja mereka melihat ada pasangan yang berciuman.

Menurut Andre, MA yang melihat adegan itu langsung syok. Dia menangis mengingat kejadian yang dialaminya bersama mantan kekasihnya.

"Korban tiba-tiba syok dan menangis. Pelaku lalu menanyakan kamu menangis karena ada masa lalu dengan mantan kekasihmu. Di sana pelaku lalu memojokkan korban dengan mengulik masa lalu korban dengan tebakan-tebakan pelaku," ujar Andre.

Bermodal tebakan-tebakan itu, IWAS terus memojokkan MA hingga membuat dia makin terpukul dan terpojok. Saat itulah IWAS mulai mengancam MA.

IWAS terus melancarkan intimidasi dan memanipulasi korban. Muslihatnya mulai jalan. Dia lantas menawarkan MA untuk mandi suci untuk membersihkan diri dari hal buruk dan ketakutan masa lalu.

"Kata IWAS ke korban 'Karena kamu sudah terikat dengan saya, kamu tidak bisa kemana-mana'. Dengan hal itu korban takut. Kamu harus mandi wajib, harus disucikan," kata Andre melanjutkan.

Selain itu, pelaku mengancam korban akan melaporkan apa yang dialami MA dengan mantan kekasihnya kepada keluarganya. Karena ketakutan, korban mengiyakan ajakan pelaku untuk mandi suci ke sebuah homestay atau penginapan di Mataram.

"Korban awalnya menolak. Setelah itu dia berupaya mengajak korban ikut dengan pelaku ke homestay. Pelaku terus mengancam di sana," tutur Andre.

Apabila ajakan pelaku ditolak, pelaku kembali mengancam akan melaporkan peristiwa yang sudah menimpa MA ke keluarganya. Setelah itu, MA langsung membonceng pelaku ke sebuah homestay. Sesampainya di depan penginapan, MA awalnya menolak masuk ke kamar yang sudah dipesan IWAS.

Singkat cerita, di dalam kamar homestay MA sempat terdiam mendengar perintah IWAS untuk mandi suci. "Setelah itu korban dibacakan mantra dalam bahasa Bali oleh pelaku. Di sana pelaku sempat meminta korban membuka celana pelaku, tapi korban menolak. Setelah itu pelaku mendorong korban menggunakan badan pelaku," ungkap Andre.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads