Pemprov NTB Dorong Petani Manfaatkan Anomali Cuaca untuk Tanam Padi

Pemprov NTB Dorong Petani Manfaatkan Anomali Cuaca untuk Tanam Padi

Nathea Citra - detikBali
Senin, 28 Okt 2024 21:17 WIB
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat (Nathea Citra/detikBali)
Foto: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong para petani untuk menanam padi ketika memasuki anomali cuaca. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi naiknya harga beras secara gila-gilaan, yang kerap terjadi di setiap momen.

"Anomali cuaca itu harus kami manfaatkan, walaupun kemarau, bukan air hujan yang kami harapkan. Ada sumber air-sumber air dangkal ataupun sumur bor dalam hingga kali yang airnya masih ada di musim kemarau, sehingga bisa dimanfaatkan oleh petani kita di NTB," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat di Mataram, Senin (28/10/2024).

Menurut Taufieq, harga beras yang kerap naik secara gila-gilaan di setiap momentum hari besar keagamaan terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya, proses jual gabah dari para petani secara menyeluruh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena itu kami imbau petani di NTB jangan langsung menjual semua hasil gabahnya, harus disisakan untuk kebutuhan sampai panen berikutnya. Kami kan punya lumbung untuk menyimpan gabah, jadi bisa disimpan di situ," ujarnya.

Taufieq menuturkan jika para petani membagi hasil panennya untuk dijual dan sebagiannya di simpan di tempat penyimpanan, harga beras bisa tetap stabil di dalam daerah.

ADVERTISEMENT

"Jadi kalau harga beras lagi naik, tidak ada pengaruhnya (bagi kita di NTB, karena stok kita melimpah). Asal, petani kita tidak menjual hasi panennya semua (secara keseluruhan). Apalagi tingkat konsumsi beras di NTB ada di urutan ke empat secara nasional, di mana konsumsi berat per kapta sekitar 98,7 kilogram per kapita per tahun. Dari rata-rata konsumsi nasional 81 kilogram per kapita per tahun," terang Taufieq.

Sementara itu, Taufieq menjelaskan, para petani lebih senang menanam padi saat memasuki musim penghujan di lahan baku sawah, daripada menanam padi saat musim kemarau. Lantaran, air yang tersedia saat musim hujan sangat berlimpah dan sangat membantu proses menanam.

"Jadi kami dorong petani di NTB untuk menanam padi saat musim kemarau, sehingga kita berharap indeks penanaman padi kita bisa meningkat. Jadi kalau bisa, di lahan baku sawah kitar sekitar 237 ribu hektare, ditanami padi semua," tutur Taufieq.

Dari data Dinas Pertanian NTB per September 2024, luas panen padi mencapai 240.000 hektar dengan hasil panen 1,262 juta ton gabah kering giling. Dari target di tahun ini sebesar 1,43 juta ton.

"Sekarang sudah panen, sudah masuk musim tanam ketiga. Insyaallah target di tahun ini bisa tercapai, apalagi kemarin hasil panen sudah 1,262 juta ton gabah kering giling," tandasnya.




(hsa/hsa)

Hide Ads