Nurul Izati mengembuskan napas terakhir di RSUD Soejono Selong, Sabtu (29/6/2024) pagi. Santriwati itu meninggal dunia setelah diduga dianiaya pakai balok oleh sesama santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aziziyah, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kuasa hukum korban, Yan Mangandar, mengungkapkan Nurul meninggal dunia pukul 10.30 Wita, kemarin. Remaja itu dirawat setelah diduga dipukul pakai balok oleh santri di sana.
"Korban meninggal setelah kritis 16 hari dan dirawat di RSUD Soedjono Selong Lombok Timur," ujar Yan, Sabtu (29/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenazah Nurul rencananya dimakamkan di tanah kelahirannya di Ende, Nusa Tenggara Timur. Namun atas permintaan keluarga, jenazah korban akan diautopsi di RS Bhayangkara Mataram, untuk menguak misteri penyebab kematian remaja 14 tahun itu.
Jenazah Diautopsi di RS Bhayangkara
Sebelum dipulangkan ke Ende, jenazah Nurul Izati akan diautopsi. Proses autopsi akan digelar di RS Bhayangkara Mataram.
"Jenazah almarhumah Nurul Izati akan dilakukan autopsi di RS Bhayangkara Mataram. Sedang dalam perjalanan ke Mataram," kata Kasatreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama, Sabtu (29/6/2024).
Jenazah Nurul Izati diautopsi berdasarkan keputusan keluarga. Autopsi ini dilakukan untuk mengetahui penyebab utama korban meninggal dunia. Saat ini polisi tengah mengumpulkan bahan dan keterangan (pulbaket).
"Kasus ini masih pulbaket sementara," ujar Yogi.
Yogi mengatakan aduan dugaan penganiayaan itu akan dinaikkan menjadi laporan polisi. "Ya karena korban meninggal dunia," katanya.
Dari hasil penelurusan sementara, penyidik telah mengantongi empat nama saksi dari pihak ponpes untuk dimintai keterangan. "Sementara kami sudah kantongi 4 nama. Intinya terus berproses," tandas Yogi.
Sempat Minta Pulang ke Ende
Ibu Nurul, Raodah (50), mengungkapkan anaknya sempat minta pulang ke kampung halamannya di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia tak menyangka kondisi Nurul justru terbaring kritis di RSUD Soejono Selong, Lombok Timur.
"Baru kemarin ada keluarga di Lombok Timur cerita kalau Nurul sakit. Tapi bilang orang asrama mereka baik-baik saja," kata Raodah lirih saat ditemui di Mataram, Sabtu (29/6/2024).
Raodah datang menjenguk anaknya naik kapal dari Ende dan tiba di Pulau Lombok pada Jumat (28/6/2024) sore. Raodah rela bermalam di atas kapal untuk melihat kondisi anaknya yang sedang kritis di RSUD Soejono Selong, Lombok Timur.
Menurut Raodah, tubuh Nurul dipasangi pompa oleh dokter di ruang ICU RSUD Soejono Selong. "Saya lihat dia dipompa jantungnya. Saya tidak sanggup," imbuh Raodah.
Raodah sempat mengajak Nurul berkomunikasi sebelum meninggal dunia pada Sabtu pagi tadi. Air mata Raodah mengucur saat melihat putrinya itu dipasangi alat bantu pernapasan.
"Saya sempat ajak berkomunikasi, dia tidak ada respons. Hanya mendengar suara napas," imbuhnya.
Raodah tidak menyangka anaknya mengalami sakit yang begitu parah. Ia pun menyesalkan kekerasan yang diduga dialami anaknya selama di ponpes.
"Sebelum koma, (Nurul) ngaku pernah dipukul tiga orang. Siapa dan di mana itu tidak tahu," tutur Raodiah.
Saat ini, Raodah dan tiga anggota keluarganya masih menunggu proses autopsi terhadap jenazah Nurul di RS Bhayangkara Kota Mataram. Hingga pukul 14.00 Wita, tak satu pun pengurus ponpes yang datang menjenguk santriwati itu.
Yan Mangandar, kuasa hukum Nurul Izzati, meminta agar kasus dugaan pemukulan kepada anak semata wayang Raodah itu diusut tuntas. Dia berharap pengelola ponpes tidak tutup mata terhadap kasus kekerasan tersebut.
"Kekerasan di ponpes hari ini benar adanya. Nggak usah ditutup-tutupi lagi," tandas Yan.
Nurul diduga menjadi korban penganiayaan temannya pakai balok dan sajadah. Ia meninggal dunia setelah kritis 16 hari dan dirawat di ruangan ICU RSUD Soejono.
Polisi Tunggu Hasil Autopsi
Jenazah Nurul Izzati diautopsi selama tiga jam di RS Bhayangkara Mataram. Saat ini polisi masih menunggu hasil autopsi.
"Kami menunggu hasil tertulis dari rumah sakit yang mengeluarkan visum et repertum dalam," kata Kasatreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama, Sabtu (29/6/2024) malam.
Yogi menuturkan hasil autopsi itu bisa menjadi acuan ada tidaknya tindak pidana yang terjadi atas meninggalnya Nurul. "Itu jelas di dalam Pasal 186 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. (Hasil autopsi) ini salah satunya," ujar Yogi.
Secara kasat mata, Yogi berujar, terdapat luka pada mata, kepala, dan hidung Nurul. Namun, ia belum bisa membeberkan penyebab luka tersebut karena belum mengantongi hasil autopsi.
"Nanti ini (hasil visum) dianalisis dan diserahkan ke penyidik," imbuhnya.
Yan Mangandar, kuasa hukum Nurul, meminta pengurus Pondok Pesantren Al-Aziziyah untuk tidak menutup-nutupi kasus kekerasan di ponpes tersebut. Ia juga meminta Kemenag Lombok Barat agar mengatensi dugaan kekerasan yang dialami santriwati itu.
"Kepada pengurus pondok dan Kemenag untuk salat taubat jika menutupi ada kekerasan di ponpes," kata Yan saat ditemui di RS Bhayangkara Kota Mataram.
Ponpes Siap Antar Jenazah Nurul ke Ende
Pengurus Ponpes Al-Aziziyah menyatakan siap memfasilitasi pemulangan jenazah Nurul ke kampung halamannya di Ende, NTT. Pengurus ponpes itu juga berjanji untuk menanggung biaya pengobatan Nurul saat masih dirawat di RSUD Soejono Selong.
"Itu sebagai rasa empati kami. Itu biasa kami lakukan terhadap santri kami yang sakit sebagai bentuk empati," kata Pembina Asrama Putra Ponpes Al-Aziziyah Lombok Barat Amirudin.
Amirudin menyerahkan penyebab kematian Nurul kepada polisi. Ia berharap kasus dugaan kekerasan yang dialami Nurul oleh sesama santriwati di ponpes tersebut menjadi terang benderang.
"Sekali lagi kami tegaskan sangat terbuka untuk itu. Semua kita berkewajiban mencari titik terang usahakan mencari kebenaran itu," kata Amirudin.
(dpw/gsp)