Jenazah Nurul Izzati diautopsi selama tiga jam di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram. Nurul merupakan santriwati yang diduga sempat dianiaya oleh rekannya menggunakan kayu balok di Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Kami menunggu hasil tertulis dari rumah sakit yang mengeluarkan visum et repertum dalam," kata Kasatreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama, Sabtu (29/6/2024) malam.
Yogi menuturkan hasil autopsi itu bisa menjadi acuan ada tidaknya tindak pidana yang terjadi atas meninggalnya Nurul. "Itu jelas di dalam Pasal 186 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Hasil autopsi) ini salah satunya," ujar Yogi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara kasat mata, Yogi berujar, terdapat luka pada mata, kepala, dan hidung Nurul. Namun, ia belum bisa membeberkan penyebab luka tersebut karena belum mengantongi hasil autopsi.
"Nanti ini (hasil visum) dianalisis dan diserahkan ke penyidik," imbuhnya.
Yan Mangandar, kuasa hukum Nurul, meminta pengurus Pondok Pesantren Al-Aziziyah untuk tidak menutup-nutupi kasus kekerasan di ponpes tersebut. Ia juga meminta Kemenag Lombok Barat agar mengatensi dugaan kekerasan yang dialami santriwati itu.
"Kepada pengurus pondok dan Kemenag untuk salat taubat jika menutupi ada kekerasan di ponpes," kata Yan saat ditemui di RS Bhayangkara Kota Mataram.
Diketahui, Nurul menghembuskan napas terakhirnya di RSUD Soedjono Selong, Lombok Timur, sekitar pukul 10.30 Wita pada Sabtu (29/6/2024). Jenazah santriwati asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Kota Mataram untuk diautopsi. Jenazah Nurul rencananya akan diberangkatkan ke Ende melalui jalur darat.
Ponpes Siap Antar Jenazah Santriwati ke Ende
Pengurus Ponpes Al-Aziziyah menyatakan siap memfasilitasi pemulangan jenazah Nurul ke kampung halamannya di Ende, NTT. Pengurus ponpes itu juga berjanji untuk menanggung biaya pengobatan Nurul saat masih dirawat di RSUD Soejono Selong.
"Itu sebagai rasa empati kami. Itu biasa kami lakukan terhadap santri kami yang sakit sebagai bentuk empati," kata Pembina Asrama Putra Ponpes Al-Aziziyah Lombok Barat Amirudin.
Amirudin menyerahkan penyebab kematian Nurul kepada polisi. Ia berharap kasus dugaan kekerasan yang dialami Nurul oleh sesama santriwati di ponpes tersebut menjadi terang benderang.
"Sekali lagi kami tegaskan sangat terbuka untuk itu. Semua kita berkewajiban mencari titik terang usahakan mencari kebenaran itu," kata Amirudin.
(iws/iws)