Polisi terus mengusut insiden kebakaran gudang LPG di Jalan Cargo Taman I, Desa Ubung Kaja, Kota Denpasar, Bali. Hingga kini, tragedi tersebut telah mengakibatkan tiga korban tewas. Belasan korban lainnya masih terbaring kritis di rumah sakit.
Korban terakhir yang meninggal pada Selasa (11/6/2024) adalah Yudis Aldyanto (33). Sebelumnya, Purwanto (43) dan Edi Herwanto (40) mengembuskan napas terakhir lebih dulu pada Senin (10/6/2024).
Dokter bedah plastik RSUP Prof Ngoerah dan penanggung jawab pasien I Gusti Putu Hendra Sanjaya mengungkapkan rata-rata para korban yang masih dirawat mengalami luka bakar 30 persen hingga 90 persen. Adapun, sebanyak 12 pasien masih kritis dengan luka bakar di atas 60 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Luka bakar ada di wajah, tangan, dada, dan kaki. Itu rata-rata (terjadi) di 12 pasien sehingga akan mengganggu jalannya pernapasan karena menghirup asap di lokasi kejadian," kata Hendra Sanjaya, Selasa (11/6/2024).
Menurut Hendra, kondisi kulit belasan korban tersebut rusak lantaran mengalami luka bakar di atas 60 persen. Tak hanya itu, mereka juga berpotensi mengalami gangguan pada organ dalam tubuh, terutama paru-paru.
"Berikutnya bisa (berpengaruh) ke fungsi organ yang lain seperti ke ginjal, saluran darah. Ledakan gas ini sangat berpengaruh ke paru-paru," terangnya.
Pada beberapa kasus, Hendra berujar, pasien dengan luka bakar lebih dari 60 persen masih dapat bertahan dan selamat. Asalkan, pasien tidak menghirup banyak asap dan kebakarannya terjadi di ruang terbuka.
"Artinya, menghirup gas terlalu banyak itu sangat mempengaruhi (kondisi pasien)," ungkapnya.
Belasan Korban Dipasangi Alat Bantu Pernapasan
![]() |
Kepala Instalasi Rawat Intensif RSUP Prof Ngoerah I Putu Kurniyanta menuturkan belasan korban yang dirawat tersebut telah dipasangi alat bantu pernapasan. Musababnya, kondisi paru-paru para korban saat ini masih belum begitu bagus.
Para korban mengalami radang akibat uap panas yang masuk melalui hidung. Hal itu mengakibatkan pembengkakan jalan napas bagian atas sampai ke bawah.
"Itu kami bantu dengan alat bantu napas sehingga pasien bisa napas melalui alat bantu napas karena paru-parunya juga terpengaruh. Jadi, istilahnya uap panas trauma inhalasi juga mempengaruhi jalan nafas atas sampai bawah," kata Kurniyanta.
Dia kemudian mengatakan idealnya tempat perawatan korban luka bakar harus steril. Sebab, kulit dengan luka bakar yang terkelupas rentan terinfeksi.
"Gejala ikutan yang berikutnya selain gangguan jalan napas dan gangguan cairan karena proteksi tubuh berikutnya adalah infeksi yang akan mengancam. Jadi, kami di ICU sangat membatasi orang keluar masuk," bebernya.
Nyoman Parta Desak Polisi Tangkap Otak Pengoplosan LPG
![]() |
Gudang yang terbakar di Jalan Cargo Utara, Denpasar, diduga menjadi lokasi pengoplosan elpiji. Belasan korban yang mengalami luka bakar akibat insiden tersebut merupakan pekerja di gudang LPG itu.
Anggota DPR asal Bali I Nyoman Parta mendesak Kepolisian Daerah (Polda) Bali segera menangkap otak pengoplos elpiji di gudang yang terbakar itu. Menurutnya, jam operasional belasan pekerja di gudang tersebut tidak masuk akal.
"Meledaknya jam 5 pagi dan bekerja 18 orang. Sudah terang-benderang bahwa itu tempat pengoplosan, tinggal polisi tangkap otak dari pengoplos itu," ujar Parta saat ditemui di Hiswana Migas Denpasar, Selasa.
Parta yakin gudang tersebut menjadi tempat pengoplosan gas elpiji dan tidak memiliki izin. Ia pun agak menyangsikan informasi yang menyebut bahwa gudang tersebut telah mengantongi izin.
"Pengoplosan ini bukan saja merugikan negara, karena subsidi tidak jatuh kepada rakyat yang membutuhkan. Tetapi dia juga merusak iklim usaha," imbuh politikus PDIP itu.
Sebelumnya, Area Manager Communication Relation & CSR PT Pertamina Patra Niaga Region Jatimbalinus Ahad Rahedi mengungkap gudang elpiji yang terbakar itu bukan agen atau pangkalan resmi. Gudang tersebut diduga merupakan tempat praktik pengoplosan gas elpiji.
"Gudang LPG 3 kg yang diduga menjadi tempat pengoplosan tersebut bukan merupakan agen atau pangkalan LPG Pertamina," kata Ahad, Minggu.
Agen Keluhkan Pengoplos Buat Rugi
Salah satu agen resmi elpiji Pertamina dari Badung, Apriyani, mengeluhkan banyaknya tempat pengoplosan elpiji. Ia pun khawatir hal tersebut dapat membuat agen dan pangkalan elpiji rugi.
Terlebih, para agen seperti Apriyani dituntut untuk memenuhi target dalam penjualan gas elpiji secara resmi. Jika tidak, agen dapat dikenakan sanksi berupa pemberhentian kerja sama.
"Karena dianggap tidak mampu menjual gas non-PSO, jadi bagaimanapun kami wajib membeli produk di Pertamina," ujar Apriyani.
Apriyani mengungkapkan selisih harga dari agen resmi dengan yang tidak resmi seperti pengoplos sangat tinggi. Menurutnya, banyak pengusaha yang mencari harga murah.
"Kalau saya marketing ke hotel, restoran, itu (mendapat informasi) kisaran harga sampai Rp 600-850 ribu. Sedangkan di Pertamina itu harga non-PSO 50 kg, itu Rp 952 ribu," keluhnya.
![]() |
Polda Bali Sebut Gudang LPG Terbakar Pernah Digerebek
Polda Bali menyebut gudang LPG yang terbakar di Denpasar itu pernah digerebek terkait kasus pengoplosan elpiji. "Dulu lokasi tersebut, mungkin dua tahun yang lalu pernah digerebek oleh Polda Bali," ungkap Kabid Humas Polda Bali Kombes Jansen Avitus Panjaitan, Selasa.
Jansen menegaskan polisi masih mendalami dugaan kelalaian dari pemilik gudang tersebut. Polda Bali juga masih menunggu hasil pemeriksaan Tim Laboratorium Forensik (Labfor) dan penyidikan dari Polresta Denpasar.
Menurutnya, CV Bintang Bagus Perkasa bertanggung jawab atas peristiwa kebakaran itu. "Dengan adanya peristiwa tersebut, otomatis pemilik akan diminta pertanggungjawaban, apakah ada unsur kelalaian atau kesengajaan di sana," ujar Jansen.
Jansen menerangkan kasus kebakaran dan terkait perizinan gudang LPG itu sebagai dua hal berbeda. "Kita harus pisahkan antara legalitas. Kalau informasi saat ini kan berizin. Tapi kami lihat ada unsur kelalaian atau tidak," ungkapnya.
(iws/gsp)