Kepolisian Daerah (Polda) Bali masih mendalami kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan seorang pembina pramuka terhadap siswa SD di Denpasar, Bali. Sejumlah saksi diperiksa, sembari polisi mencari barang bukti lain sebelum melakukan gelar perkara.
"Masih mencari bukti-bukti yang lain. Masih mencari alat bukti biar bisa kita gelarkan," kata Kasubdit IV Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Ditreskrimum Polda Bali AKBP Ni Luh Kompiang Srinadi kepada detikBali, Kamis (31/8/2023).
Dia menjelaskan penyidik masih mencari alat bukti yang menguatkan bahwa terjadi pelecehan terhadap delapan siswa itu. Alat bukti dikumpulkan agar polisi segera bisa melakukan gelar perkara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Srinadi menuturkan pihaknya menerima laporan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan pembina atau guru pramuka itu sekitar empat bulan lalu. Ada dua anak yang melakukan pelaporan meski terduga korban diduga mencapai delapan orang.
"Ya (ada dua orang), satu korban, sama satu yang memang ada korbannya yang berkaitan. Sebenarnya wali sekolahnya mau semua lapor, tapi kita tetap lakukan pemeriksaan sebagai saksi korban sementara," jelas Srinadi.
Sementara anak-anak yang lain diduga belum mengalami pelecehan, tetapi hanya diduga diminta mengirimkan gambar seksual.
"Kalau kita lihat sih anak ini yang riil mengalami pelecehan dua saja. Cuma yang lainnya disuruh mengirim (gambar). Tetapi belum dikirim," terang Srinadi.
Menurut Srinadi, sejauh ini pihaknya belum bisa membuktikan bahwa anak diminta mengirimkan foto seksual. Sebab, tidak disebutkan foto apa yang diminta oleh pelaku. Terlebih anak-anak itu ternyata belum mengirimkan foto kepada terduga pelaku.
"Belum bisa kita buktikan anak ini mengirimkan foto. Kalau ada, itu kan bisa kita dapatkan bukti digitalnya. Ternyata belum mereka ada yang ngirim. Makanya kita masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk data-datanya anak yang menjadi korban," ungkap Srinadi.
Adapun, permintaan foto itu dilakukan oleh terduga pelaku melalui aplikasi pesan WhatsApp. Pihaknya belum bisa menjadikan chat tersebut sebagai bukti karena ibarat mengobrol seperti biasa.
"Masalahnya bukti chat-nya saja ngobrolnya biasa. Susah kita mencari alat buktinya yang mengarah ke pelecehan. Tapi kita masih berusaha apa yang bisa kita ambil, masih dalam proses," ujarnya.
Srinadi mengungkap bahwa terlapor dalam dugaan pelecehan ini yakni seorang laki-laki pembina pramuka pembantu di sekolah. Anak-anak yang diduga menjadi korban pelecehan semuanya adalah laki-laki.
Subdit PPA Ditreskrimum Polda Bali hingga kini belum memanggil pembina pramuka itu. Sebab, menurut Srinadi, pemanggilan akan dilakukan jika bukti yang dikumpulkan sudah cukup.
Meski demikian, pihaknya sudah memeriksa korban yang melapor dan saksi-saksi. Total ada 11 anak yang sudah diperiksa sebagai saksi atas dugaan pelecehan seksual yang dilakukan guru atau pembina pramuka tersebut.
"Iya (yang diperiksa ada) korban ada dua, sama saksi saksi ada 11 anak. Sementara masih penyelidikan kita dalami lagi nanti kalau memang buktinya sudah cukup bisa kita lakukan upaya lain," tandas Srinadi.
(dpw/iws)