Ntumbu Tuta, Tradisi Adu Kepala Warisan Sultan Bima yang Masih Lestari

Ntumbu Tuta, Tradisi Adu Kepala Warisan Sultan Bima yang Masih Lestari

Rafiin - detikBali
Minggu, 19 Okt 2025 07:52 WIB
Kesenian Ntumbu Tuta yang digelar di Desa Ntori, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, NTB.
Kesenian Ntumbu Tuta yang digelar di Desa Ntori, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, NTB. (Foto: dok. Istimewa)
Bima -

Di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), hidup sebuah tradisi unik bernama Ntumbu Tuta, yang secara harfiah berarti adu kepala. Tradisi ini bukan sekadar tontonan ekstrem, tetapi bagian dari sejarah panjang dan nilai budaya masyarakat Bima.

Ntumbu Tuta berasal dari kesenian bela diri tarekat atau dabus pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid, Sultan Bima ke-11 yang memimpin antara tahun 1773 hingga 1817 Masehi.

"Dulu adik dari Sultan adalah Khalifah Dabus Tarekat Rifaiyah. Itu yang saya tahu," kata sejarawan Bima, Fahru Rizki, kepada detikBali, Sabtu (18/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga kini, tradisi Ntumbu Tuta masih dilestarikan di Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima. Wilayah ini dulunya merupakan tempat pemulihan jiwa bagi prajurit Kesultanan Bima usai Perang Makassar pada 1680-an.

ADVERTISEMENT

"Dulu oleh Sultan Bima ke-II, Abdul Khair Sirajuddin, yang memerintah pada 1640-1682 Masehi, veteran prajuritnya ditempatkan di Wawo," jelasnya.

Dari penempatan itu, muncul berbagai bentuk kesenian adu fisik. Meski masyarakat pegunungan umumnya dikenal dengan budaya berdendang, Wawo justru mengembangkan tradisi beradu tenaga seperti Ntumbu Tuta.

Fahru menilai, Ntumbu Tuta dan kesenian serupa seperti Manca, Gantao, dan Lanca berfungsi sebagai bentuk terapi untuk memulihkan trauma perang.

"Ntumbu bisa dikatakan sebagai obat penyembuhan trauma pasca perang, atau istilahnya sekarang PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)," katanya.

Warisan yang Terus Dijaga

Kesenian ekstrem ini tetap dilestarikan warga Desa Ntori, Kecamatan Wawo, dan kini menjadi agenda budaya tahunan. Pada 2025, Event Ntumbu Tuta digelar selama tiga hari, 17-19 Oktober, di kawasan wisata alam Ina Hami, Desa Ntori. Acara ini dibuka oleh Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Bima, Fatahullah.

Menurut Fatahullah, Ntumbu Tuta bukan sekadar pertunjukan budaya, melainkan simbol warisan seni dan jati diri masyarakat Bima.

"Tradisi ini menyimpan nilai-nilai luhur, seperti keberanian, kehormatan, solidaritas, dan semangat kebersamaan," ujarnya.

Ia menambahkan, pelestarian tradisi seperti Ntumbu Tuta penting untuk memperkuat identitas dan hubungan sosial di tengah masyarakat.

"Saya percaya, acara budaya seperti ini memiliki peran penting dalam menjaga identitas dan jati diri masyarakat Bima," tambahnya.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads