Dua Kampung Perang Api Jelang Nyepi di Mataram untuk Tolak Bala

Dua Kampung Perang Api Jelang Nyepi di Mataram untuk Tolak Bala

Ahmad Viqi - detikBali
Minggu, 10 Mar 2024 19:24 WIB
Suasana perang api menjelang Hari Raya Nyepi di Kota Mataram, Minggu (10/3/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)
Foto: Suasana perang api menjelang Hari Raya Nyepi di Kota Mataram, Minggu (10/3/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)
Mataram -

Ritual perang api antar dua kampung Negara Sakah dan Sweta di Kelurahan Mayura, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) berlangsung seru. Perang api dilakukan seusai perayaan pawai ogoh-ogoh dalam kondisi gerimis, Minggu (10/3/2024) sore.

Pantauan detikBali, perang api ini menggunakan daun kelapa kering (gobok) yang diikat menggunakan tali. Ratusan pemuda dari kampung Negara Sakah dan Sweta ramai-ramai membawa satu gobok untuk dibakar tepat di pertigaan Jalan Patung Tani, Kelurahan Mayura, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram.

Suasana perang api menjelang Hari Raya Nyepi di Kota Mataram, Minggu (10/3/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)Suasana perang api menjelang Hari Raya Nyepi di Kota Mataram, Minggu (10/3/2024). (Ahmad Viqi/detikBali) Foto: Suasana perang api menjelang Hari Raya Nyepi di Kota Mataram, Minggu (10/3/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)

Setelah itu, kedua warga saling pukul menggunakan gobok yang sudah dibakar. Perang pun berlangsung hingga api yang digunakan untuk memukul lawan padam. Perang ini pun berlangsung selama sekitar 20 menit sejak pukul 17.15 Wita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh masyarakat dari kampung Negara Sakah, Ida Bagus Ngurah, mengatakan ritual perang api ini telah dilakukan sejak tahun 1816. Perang api ini bertujuan untuk membasmi wabah penyakit yang menimpa dua kampung tersebut pada abad ke-18 silam.

"Jadi tujuannya untuk membasmi wabah penyakit yang pada waktu itu disebut oleh masyarakat sebagai wabah penyakit grubuk atau gering," kata Bagus Ngurah seusai ritual perang api di pertigaan Jalan Tugu Tani, Kelurahan Mayura, Kota Mataram, Minggu sore (10/3/2024).

Perang api juga untuk menyambut acara Hari Raya Nyepi setelah mengarak ogoh-ogoh di seputaran Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram.

Kendati berbahaya, Bagus Ngurah menyebut perang api tetap dilakukan. Sebab jika perang api tidak dilakukan, kedua warga merasa khawatir diserang wabah penyakit seperti yang terjadi pada abad ke-18.

"Kami khawatir jika ini tidak dilakukan. Jadi kami tetap adakan dan kami tidak berani menghilangkan tradisi karena ini ritual dari para leluhur kami," kata Bagus Ngurah.

Tokoh Kampung Sweta, Komang Kertayasa, mengatakan perang api ini semata-mata untuk mengusir wabah penyakit. Komang mengatakan ritual api ini dilakukan oleh para anak muda yang baru menginjak dewasa.

"Jadi tujuannya anak-anak yang beranjak dewasa ini harus kena abu dari api gobog (daun kelapa kering) agar terhindar dari wabah gering," ucapnya.

Komang menjelaskan perang api ini tidak boleh dimaknai sebagai kekerasan. Perang ini merupakan simbol untuk memerangi penyakit.

"Mudahan-mudahan wabah penyakit yang pernah ada di Indonesia tidak kembali lagi seperti masa pandemi COVID-19 lalu," tegas Komang.

Suasana perang api menjelang Hari Raya Nyepi di Kota Mataram, Minggu (10/3/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)Suasana perang api menjelang Hari Raya Nyepi di Kota Mataram, Minggu (10/3/2024). (Ahmad Viqi/detikBali) Foto: Suasana perang api menjelang Hari Raya Nyepi di Kota Mataram, Minggu (10/3/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)

Diikuti Umat Hindu dan Muslim

Tokoh umat Hindu di Mataram, Anak Agung Made Djelantik Agung Barayang Wangsa mengatakan makna perang api sendiri ini melepaskan diri dari amarah. Pada dasarnya manusia lahir dan tumbuh di dunia memiliki sifat kejelekan.

"Jadi itu dilepaskan dalam ritual tersebut. Perang api ini diikuti oleh umat muslim dan Hindu di dua kampung Negara Sakah dan Sweta," jelas Agung Djelantik.

Agung Djelantik pun berpesan kepada seluruh umat Hindu di Lombok, momentum para perayaan Hari Raya suci Nyepi Tahun Baru Caka 1946 untuk tetap menjaga tali persaudaraan antar umat. "Ya harapannya kita tetap bersatu dan menjaga keutuhan NKRI," tutupnya.




(nor/gsp)

Hide Ads