Membumikan Sastra Bali lewat Majalah

Bulan Bahasa Bali

Membumikan Sastra Bali lewat Majalah

Nuranda Indrajaya - detikBali
Sabtu, 04 Mar 2023 11:21 WIB
Cover e-majalah Suara Saking Bali yang memuat berbagai konten berbahasa Bali, termasuk karya sastra Bali modern.
Cover e-majalah Suara Saking Bali yang memuat berbagai konten berbahasa Bali, termasuk karya sastra Bali modern. (Istimewa)
Denpasar -

Putu Supartika adalah sosok paling sibuk di balik terbitnya majalah Suara Saking Bali. Majalah berisi konten berbahasa Bali itu terbit setiap bulan dalam format digital (pdf). Supartika mengumpulkan tulisan, me-layout, hingga mendistribusikannya seorang diri.

"Suara Saking Bali berawal dari blog gratisan pada Januari 2016. Kemudian berkembang menjadi e-majalah yang disebarluaskan dengan format pdf sejak Oktober 2016," tutur Supartika kepada detikBali, Rabu (16/2/2023).

Melalui majalah tersebut, Supartika merangkum berbagai karya sastra Bali modern dari penulis senior hingga angkatan muda. Misinya cuma satu: membumikan sastra Bali modern kepada siapapun yang tertarik membacanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya juga ingin mengumpulkan karya-karya langka berkaitan dengan sastra Bali modern," tutur pria 29 tahun itu.

Supartika mengatakan awalnya naskah-naskah yang dimuat dalam majalah Suara Saking Bali dia kumpulkan dari penulis sastra Bali modern yang dikenalnya. Jenis naskahnya beragam, dari cerita pendek, puisi, esai, prosa, hingga cerita bersambung. Semuanya berbahasa Bali.

ADVERTISEMENT

"Seiring berjalannya waktu, mulai ada mengirim karya dan belakangan 100 persen mengandalkan kiriman dari para penulis. Kami juga sudah memiliki penulis tetap seperti IGA Darma Putra dan Dewa Purwita Sukahet," imbuh pria yang juga seorang jurnalis tersebut.

Pendiri majalah elektronik Suara Saking Bali Putu Supartika.Pendiri majalah elektronik Suara Saking Bali Putu Supartika. Foto: Istimewa

Supartika sempat menjalin kerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Bali pada 2022. Berkat kerja sama itu, majalah Suara Saking Bali bisa memberikan honorarium untuk penulis yang karyanya dimuat. Per Januari 2023, Suara Saking Bali kembali berdiri sendiri dan tak mendapat sokongan dana.

"Namun dalam penggarapan majalah dan perjalanan majalah tetap mendapat support dari komunitas sastra Bali modern seperti Bangli Sastra Komala, Sanggar Buratwangi, dan beberapa penulis lainnya seperti IDK Raka Kusuma, Made Surasa, IBW Widiasa Keniten," terangnya.

Menurut Supartika, majalah Suara Saking Bali yang dia kelola sempat menjadi primadona pembaca medio 2016-2020. Setelah pandemi, antusiasme pembaca mulai menurun. Banyak pula penulis yang sudah tidak aktif lagi.

"Mungkin karena kesibukannya. Namun secara umum, setiap bulannya pasti ada saja yang mengirim karya ke Suara Saking Bali.Baik dari kalangan siswa, penulis, guru, dan sejenisnya," kata Supartika.

Di luar kesibukannya sebagai jurnalis dan pengelola majalah Suara Saking Bali, Supartika juga masih produktif menulis cerita pendek (cerpen), novel, hingga puisi. Ia menulis dalam bahasa Bali maupun bahasa Indonesia.

Sejauh ini, Supartika telah menerbitkan kumpulan cerpen Yen Benjang Tiang Dados Presiden, Joged lan Bojog Lua Ane Setata Ngantiang Ulungan Bulan ri kala Bintange Makacakan di Langite, dan kumpulan puisi Lelakut. Sementara karya dalam bahasa Indonesia, ia menerbitkan novel Babi Babi Babi. Cerpennya juga terangkum dalam tiga antologi Cerpen Pilihan Kompas.

Pada 2017, Supartika mendapat Hadiah Sastra Rancage dari Yayasan Kebudayaan Rancage yang didirikan sastrawan Ajip Rosidi. Penghargaan tersebut diberikan kepada orang-orang yang dianggap telah berjasa bagi pengembangan bahasa dan sastra daerah.

"Mendapat penghargaan itu berat, sebab saya harus bisa mempertanggungjawabkannya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penghargaan itu, saya harus terus menggeluti sastra Bali modern ini dan majalah Suara Saking Bali saya upayakan harus tetap terbit," pungkasnya.




(iws/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads