Membumikan Bahasa Bali di Pulau Dewata

Bulan Bahasa Bali

Membumikan Bahasa Bali di Pulau Dewata

Nuranda Indrajaya - detikBali
Rabu, 01 Mar 2023 20:56 WIB
Gubernur Bali Wayan Koster saat menghadiri pembukaan Bulan Bahasa V 2023 di Art Center, Denpasar, Bali, Rabu (1/2/2023).
Gubernur Bali Wayan Koster saat menghadiri pembukaan Bulan Bahasa V 2023 di Art Center, Denpasar, Bali, Rabu (1/2/2023). Foto: Nuranda Indrajaya/detikBali
Denpasar -

Gubernur Bali Wayan Koster geram. Musababnya, dari 1.493 desa adat di Pulau Dewata, sebanyak 21 desa adat tidak melaksanakan program Bulan Bahasa Bali.

Koster meminta Dinas Pemajuan Masyarakat Adat (PMA) Bali memanggil desa adat yang tidak melaksanakan Bulan Bahasa Bali. Menurut dia, desa adat yang tidak menggelar agenda tahunan untuk pelestarian aksara, bahasa, dan sastra Bali itu perlu diinterogasi.

"Nanti Kadis (Kepala Dinas) PMA panggil desa adatnya ini," tutur Koster saat menutup Bulan Bahasa Bali V di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Centre Denpasar, Selasa (28/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah Provinsi Bali kembali menggelar Bulan Bahasa Bali yang rangkaiannya berlangsung sepanjang Februari 2023. Pembukaan Bulan Bahasa Bali V ditandai dengan peletakan benawa sekar oleh Gubernur Koster di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Rabu (1/2/2023).

Bulan Bahasa Bali merupakan salah satu program tahunan yang dicetuskan Koster sejak awal kepemimpinannya. Politikus PDI Perjuangan itu juga mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. "Kita harus bisa menjaga aksara, bahasa, dan sastra Bali," katanya, Rabu (1/2/2023).

ADVERTISEMENT

Tahun ini, Bulan Bahasa Bali mengusung tema "Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani". Tema tersebut dimaknai sebagai altar pemuliaan bahasa, aksara, dan sastra Bali untuk memaknai laut sebagai awal dan akhir kehidupan segenap makhluk.

Menurut Koster, semua bermula dari aksara kemudian menjadi bahasa hingga menghasilkan sastra. Sebab, tidak ada tindakan tanpa aksara.

Koster menyandingkan aksara Bali dengan aksara yang dimiliki oleh negara besar seperti China, Jepang, Korea, Thailand, India, hingga Arab. Menurut dia, sejumlah negara tersebut memiliki peradaban yang kuat.

"Mereka memiliki peradaban yang kuat dan menjadi negara yang kuat pula. Baik dalam bidang ekonomi, budaya, bahkan dalam membangun tata kehidupan negara mereka," tutur Pak Yan, sapaan populer Koster.

Kepala Dinas Kebudayaan Bali I Gede Arya Sugiartha menjelaskan Bulan Bahasa Bali digelar untuk membumikan bahasa Bali di Pulau Dewata. Apalagi, penutur bahasa Bali makin berkurang karena ada kecenderungan orang Bali gengsi mengajarkan anaknya bahasa ibu mereka.

"Anak-anak yang baru lahir, terutama di kota-kota, diajak bahasa Indonesia oleh orang tuanya, diajak bahasa Inggris," tutur Arya kepada detikBali, Selasa (21/2/2023).

Arya menerangkan bahasa Bali masih tetap digunakan sebagai bahasa pengantar dalam berbagai kegiatan adat dan urusan formal lainnya. Upacara pernikahan hingga rapat di desa adat juga masih menggunakan bahasa Bali.

Arya menerangkan total anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan Bulan Bahasa Bali V selama Februari mencapai Rp 2,5 miliar. Program Bulan Bahasa Bali di level provinsi menyajikan enam kegiatan pokok, yaitu kriyaloka (workshop), widya tula (seminar), wimbakara (lomba), sesolahan (pergelaran), reka aksara (pameran), dan Penganugerahan Bali Kerthi Nugraha Mahottama.

Bulan Bahasa Bali juga dirayakan pada level lebih kecil seperti desa adat, desa dinas, lembaga pendidikan dari PAUD hingga perguruan tinggi, lembaga swasta, dan lainnya. "Jadi, selama sebulan penuh kami melakukan kegiatan-kegiatan untuk menguatkan, memajukan, serta memuliakan bahasa Bali," tutur Arya.




(iws/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads