Melestarikan Bahasa Bali dengan Tembang

Bulan Bahasa Bali

Melestarikan Bahasa Bali dengan Tembang

Agus Eka - detikBali
Jumat, 03 Mar 2023 20:34 WIB
Vokalis Band Lolot Made Bawa. Lolot merupakan band rock dengan tembang Bali.
Vokalis Band Lolot Made Bawa. Lolot merupakan band rock dengan tembang Bali. Foto: Instagram Lolot Official
Badung - Kehadiran band rock berbahasa Bali, Lolot, langsung menggebrak belantika musik di Pulau Dewata pada awal 2000. Album debut mereka bertajuk Gumine Mangkin laris di pasaran. Album tersebut terdiri dari delapan tembang dengan lirik bahasa Bali yang diracik dengan musik rock.

Vokalis Lolot, Made Bawa, mengungkapkan lebih nyaman menggunakan bahasa Bali dalam bermusik. Hingga kini, Lolot sudah menelurkan 10 album berbahasa Bali.

"Kami melengkapi perkembangan musik di Bali yang saat itu ya itu-itu saja, dan pendengarnya pun di kalangan itu-itu saja. Sementara orang sudah mulai gemar musik band barat (luar negeri). Kami coba isi peluang itu," tutur Made Bawa kepada detikBali, Senin (27/2/2023).

Menurut Made Bawa, lagu-lagu Lolot merupakan bentuk pelestarian bahasa Bali sebagai bahasa ibu. "Penyanyi Bali kan secara langsung melestarikan bahasa daerah, melalui kata-kata, lirik lagu yang disampaikan," imbuhnya.

Made Bawa mengungkapkan kehadiran Lolot sempat diragukan. Apalagi, mereka menyanyikan lagu rock Bali. Sejumlah produser rekaman pun menolaknya hingga mereka dipaksa menjadi penyanyi pop.

Pencipta lagu Artha Utama dan Bali Rock Alternative ini tidak begitu terpaku dengan aturan saat menulis lagu Bali. Bagi Made Bawa, yang terpenting adalah pemilihan kata yang mudah dipahami. Meski begitu, ia mencermati betul pemilihan diksi agar tidak melenceng dari kaidah berbahasa Bali.

Lagu-lagu Lolot banyak bertemakan cinta hingga kritik sosial. Menurut Made Bawa, musik adalah medium pelestarian bahasa Bali sekaligus ajang mencurahkan isi hati. Selain Made Bawa di vokal, Lolot juga beranggotakan Donie Lesmana (gitar), Lanang (bas), dan Hendra (drum).

"Saya ingin lagu-lagu Bali ini masuk di kalangan muda. Jiwa muda itu identik memberontak, enerjik" imbuh pria berusia 47 tahun ini.

Made Bawa masih mendengarkan karya sejumlah penyanyi legendaris pop Bali meski memainkan musik rock. Mulai dari Yong Sagita, Tut Bimbo, Yan Berro, hingga penyanyi lawas seperti AA Made Cakra akrab di telinganya.

Made Bawa juga masih mendengarkan lagu barat yang dibawakan oleh band luar negeri. Menurut dia, itu hal yang wajar meski ia kerap menyanyikan lagu Bali. "Saya tidak munafik, saya juga mendengar kok band-band luar negeri beragam genre sampai sekarang," katanya.

Penyanyi Lagu Bali Widi Widiana.Penyanyi Lagu Bali Widi Widiana. Foto: Instagram Widi Widiana

Penyanyi pop Bali asal Legian, Badung, Widi Widiana, segendang sepenarian. Pelantun tembang Bali seperti Bintang Pinaka Saksi, Kembang di Hati, Kupu-kupu Nakal, hingga Bebedag Poleng ini menilai lagu Bali bisa dipakai sebagai media pembelajaran. Penyampaian materi bahasa Bali lewat lagu juga dinilai efektif.

Menurut Widiana, penyanyi tembang Bali juga merupakan pelestari bahasa Bali. "Lagu bisa jadi jembatan masyarakat untuk mengenal Bahasa Bali lebih dalam. Sekali lagi, lagu dan musik itu universal, jadi gampang diterima," kata pria berusia 49 tahun ini.


(iws/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads