Wajahnya mengkerut, kulitnya keriput. Perempuan Jembrana itu diperkirakan berusia seabad lebih. Empat hari sebelum ajal menjemput, ia menari di pantai, ditemani anak dan cucu.
Ni Ketut Nepa namanya. Satu-satunya generasi pertama penari Berko yang tersisa itu tutup usia di RSU Negara, Rabu (21/12/2022). Bahkan sebelum menghembuskan napas terakhir, penari yang populer dipanggil Dadong Barak itu masih sempat menggerak-gerakkan tangan bak sedang menari di tengah kondisi kritis.
"Begitu cintanya dengan kesenian Berko, sampai saat terakhirnya juga masih tetap menari," tutur I Nyoman Sila, putri ketiga saat ditemui detikBali di rumah duka, Kamis (22/12/2022).
Kepergian Dadong Barak itu tak hanya membuat keluarga terpukul. Jagat kesenian di Gumi Makepung juga berduka. Terlebih, Tari Berko yang dia pertahankan sejak 1930-an baru saja dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tari Berko adalah kesenian rakyat yang dahulu dipentaskan setelah berkebun atau bertani. Tari tersebut diperkirakan mulai muncul pada 1925 dan populer 1930-an di wilayah Tempek Munduk Jati, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana. Tarian itu memadukan tetabuhan (gamelan), tarian serta kekidungan (tembang tradisional Bali), yang dibawakan oleh pragina (penari). Pementasan Berko dibalut dengan kisah epos Ramayana di beberapa bagiannya.
Budayawan cum maestro seni tari Bali, I Wayan Dibia menyebut keberadaan kesenian khas Jembrana itu belum begitu membumi, termasuk di daerah asalnya sendiri, Jembrana. Hal itu karena belum adanya apresiasi yang cukup terhadap seni tari yang lahir di kalangan petani ini. Itu sebabnya, Berko menjadi kesenian minor.
"Yang saya maksud apresiasi itu adanya ruang untuk mengenalkan lebih luas kesenian kepada khalayak. Jadi tidak di satu golongan tertentu," tutur Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tersebut, Senin (26/12/2022).
Menurut Dibia, jika suatu kesenian hanya berkutat di satu wilayah, potensi berkembangnya akan sangat terbatas. Karena itu, Tari Berko perlu diberikan ruang tampil lebih luas sehingga menguatkan keberadaannya sebagai kekhasan daerah.
Dibia menjelaskan, tak sedikit kesenian Bali yang dulunya terancam punah, tapi bisa muncul karena rekonstruksi dan revitalisasi dilakukan serius oleh pegiatnya. Misalnya kesenian Gandrung dan Janger.
"Ini sebuah keniscayaan jika kesenian langka diberikan ruang tampil lebih banyak, akan diapresiasi masyarakat, akan bertahan," ungkap budayawan yang sudah menelurkan lima jilid bukuPuitika Tari ini.
Simak Video "Video K-Talk: Menyanyikan Joseon di Jakarta Lewat Pameran Jongmyo Jeryeak"
[Gambas:Video 20detik]