Keluh Kesah Murid Dadong Barak Usai Tari Berko Ditetapkan WBTB

Jembrana

Keluh Kesah Murid Dadong Barak Usai Tari Berko Ditetapkan WBTB

Tim detikBali - detikBali
Sabtu, 24 Des 2022 09:30 WIB
Penari berko Ni Ketut NepaΒ atau DadongΒ Barak sudah berusia 120 tahun, tinggal di Tempek Munduk Jati, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali.
Penari berko Ni Ketut Nepa atau Dadong Barak semasa hidupnya. (Foto: I Ketut Suardika)
Jembrana -

Kesenian Berko dari Kabupaten Jembrana, Bali, telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Penetapan tersebut dianggap sebagai persembahan terakhir untuk Ni Ketut Nepa atau Dadong Barak, satu-satunya maestro Tari Berko di Jembrana yang tersisa. Dadong Barak meninggal dalam usia menginjak satu abad di RSU Negara, Rabu (21/12/2022).

Terlepas dari penetapan WBTB itu, perhatian pemerintah daerah terhadap eksistensi Tari Berko dianggap masih kurang. Hal itu diungkapkan oleh Ni Ketut Asriniasih (41) yang merupakan anak didik Dadong Barak sekaligus penerus kesenian Berko di Jembrana. Menurutnya, tak ada itikad pemerintah untuk melestarikan kesenian tersebut.

"Seperti contoh, kami ajukan dana perbaikan alat musik serta pakaian penari juga tidak pernah dapat. Sehingga kami sekaa murni swadaya. Menurut saya pelestarian tidak ada," kata Asriniasih saat ditemui detikBali, Jumat (23/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Asriniasih, perhatian pemerintah terhadap upaya pelestarian Tari Berko dia rasakan terakhir pada era Bupati Jembrana periode 1990-2000 Ida Bagus Indugosa. Ia berharap pemerintah tak hanya melakukan pendataan, melainkan benar-benar mendukung pelestarian Tari Berko, misalnya dengan pelatihan atau biaya perawatan properti kesenian tersebut.

"Kalau hanya mendata saja untuk apa? Kita juga perlu merawat alat musiknya. Terlebih penari muda pasti merasa malu jika menggunakan baju lama yang sudah kusam," imbuh Asriniasih.

"Lebih bagus didukung pemerintah, kita bisa buatkan sanggar sehingga latihan lebih rutin," sambungnya.

Ni Ketut Asriniasih (41) penerus Tari Berko, Jumat (23/12/2022). (I Putu Adi Budiastrawan/DetikBali).Ni Ketut Asriniasih (41) penerus Tari Berko, Jumat (23/12/2022). (I Putu Adi Budiastrawan/DetikBali).

Asriniasih mengaku sangat sedih dengan kepergian Dadong Barak. Sebagai murid sang maestro, Asriniasih bertekad akan meneruskan Tari Berko dan mengajarkan kepada generasi muda di Tempek Munduk Jati, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana.

Ia belajar langsung membawakan Tari Berko kepada Dadong Barak pada 1997. Murid pertama Dadong Barak itu akhirnya pentas pertama kali saat piodalan di Tempek Munduk Jati pada 1998.

"Di usia 16 tahun saya sudah diajarkan menari Berko oleh Dadong Barak. Memang saya menjadi murid pertama Dadong Barak, sehingga pakem Tari Berko yang diajarkan Dadong Barak sangat melekat di ingatan saya," kenang Asriniasih.

Asriniasih menjelaskan, ada dua jenis pakem Tari Berko: pakem byar dam dan byar condong. Tari Berko yang ditarikan oleh Dadong Barak adalah pakem byar dam dengan ciri khasnya diiringi kakidungan. Berbeda dengan pakem byar condong, Tari Berko dibawakan hanya sebagai hiburan seperti Tari Joged pada umumnya.

Lakukan Pendataan

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Jembrana berencana mendata generasi penerus penari hingga penabuh kesenian Berko agar tidak punah. Pendataan itu akan dimulai dari penari yang sudah sempat dibina oleh Dadong Barak.

"Memang Dadong Barak ini mengajarkan kepada generasi muda. Kita akan data berapa jumlah penari Berko saat ini, sehingga tidak putus dan dapat terus dilestarikan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana, Anak Agung Komang Sapta Negara, Kamis (22/12/2022).

Tari Berko merupakan kesenian rakyat yang dahulu dipentaskan setelah berkebun atau bertani. Tarian asal Jembrana ini sangat populer pada 1930-an. Tari Berko memadukan tetabuhan (gamelan), tarian serta kekidungan (tembang tradisional Bali), yang dibawakan oleh pragina (penari).

Sapta Negara menyebut sertifikat penetapan Tari Berko sebagai WBTB belum diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Jembrana. Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak Provinsi Bali agar segera menyerahkan penghargaan WBTB tersebut.

"Karena di Bali banyak yang diusulkan, sehingga penghargaan langsung diterima Provinsi. Kami harapkan sebelum pengabenan Dadong Barak, kami akan mendatangi rumah duka dengan memberikan penghargaan ini kepada pihak keluarga," imbuhnya.




(iws/hsa)

Hide Ads