Maestro seni Tari Berko Ni Ketut Nepa atau Dadong Barak dilakukan prosesi pengabenan di Setra Desa Adat Kertha Jaya, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali. Saat momen tersebut, pihak keluarga juga menerima sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Sertifikat penetapan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) sebagai WBTB ditandatangani Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dan ditetapkan di Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022. Pihak keluarga mengaku bangga dengan penetapan tersebut.
"Sertifikat diberikan tadi pagi sekitar pukul 09.00 Wita, sebelum jenazah dibawa ke setra, dan hari ini kami bawa ke setra sebelum dilakukan pengabenan. Meski hanya berupa sertifikat saja yang diberikan, kami sangat bangga, ini akan menjadi kenang-kenangan kami," ungkap anak ketiga Dadong Barak, I Nyoman Sila (65), Senin (26/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sila juga menjelaskan, sebelum mengembuskan napas terakhir, Dadong Barak hanya ingin menari seperti saat masih muda. Bahkan seminggu sebelum meninggal, almarhumah empat kali ke pantai untuk berendam. "Pesan terakhir tidak ada, namun Dadong hanya ingin menari saja, dan sudah sempat menari di pantai sebelum meninggal," paparnya.
Ia berharap, meski sang maestro Tari Berko sudah meninggal, namun kesenian asli Jembrana ini tetap dilestarikan, terlebih sudah ada tiga penerus yang diajarkan Dadong Barak. "Jika dilestarikan dan sering dipentaskan, kami bangga karena salah satu maestro Tari Berko dari keluarga kami, jadi ketika dipentaskan dapat mengingat almarhum," katanya.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana, Anak Agung Komang Sapta Negara dikonfirmasi terpisah menjelaskan, sertifikat WBTB untuk Berko tersebut penghargaan terhadap Dadong Barak sebagai generasi penerus Tari Berko khas Jembrana. "Kami sudah serahkan sertifikat tersebut sebelum prosesi pengabenan," jelasnya.
Sapta Negara berencana merancang pementasan Berko dengan tujuan lebih menghargai Dadong Barak sebagai penerus. "Kami akan berusaha agar Tari Berko ini lebih eksis, sehingga tidak hilang dan punah. Namun kesenian Berko ini tidak sembarang bisa dipentaskan, lantaran memiliki taksu," ujarnya.
Mengenai generasi penerus Tari Berko, Sapta Negara mengakui sudah ada tiga orang penerus, yang berasal dari sanak keluarga dan tetangga. "Mungkin nanti ada semacam penghargaan itu bentuknya apakah insentif dan lainnya. Kami masih mencari regulasinya agar tidak benturan," jelasnya.
Tak hanya itu, Sapta Negara berencana membuatkan rancangan mengenai museum serta memberikan apresiasi karya-karya Berko. "Tetapi kita berprinsip berikan apresiasi apakah dengan menampilkan karya-karyanya, generasi penerus, bahkan kemungkinan mencarikan format membuatkan semacam museum," tandasnya.
(irb/hsa)