Sedangkan, tradisi Makepung Darat lebih dulu jadi Warisan Budaya Tak Benda, hampir bersamaan dengan Kesenian Jegog. Hal ini diungkapkan saat pagelaran Makepung Lampit di Sanggar Makepung Jembrana, lahan sawah Banjar Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, Minggu (11/9/2022).
"Makepung Lampit baru-baru ini (jadi Warisan Budaya Tak Benda), bulan Agustus," ucap Komang Sapta.
Menurutnya makepung bukan sekadar tradisi dan atraksi. Meski pada awalnya kegiatan ini merupakan tradisi membajak sawah, karena zaman dulu pemilik sawah membajak sawah menggunakan kerbau.
"Konsep keseluruhannya kan gotong royong. Jadi dulu zaman kerajaan itu kan sawah luas, saking luasnya jadi banyak yang dilibatkan," jelasnya.
Setelah diawali Makepung Lampit, saat panen akan diadakan Makepung Darat sebagai bentuk perayaan panen padi. Namun karena saat ini petani sudah jarang membajak sawah dengan kerbau, maka Makepung Lampit berkembang menjadi daya tarik wisata.
Bulan November 2022 mendatang akan kembali digelar Makepung Lampit. Tradisi Makepung Lampit pun masuk kegiatan tahunan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana.
(irb/irb)