Persiapan Tradisi Makepung Jembrana, Kerbau Dapat Perawatan Khusus

Persiapan Tradisi Makepung Jembrana, Kerbau Dapat Perawatan Khusus

I Ketut Suardika - detikBali
Minggu, 21 Agu 2022 00:55 WIB
I Wayan Sampun (70), melakukan perawatan kerbau untuk perlombaan tradisi makepung di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana Bali, Sabtu (20/8/2022).
I Wayan Sampun (70), melakukan perawatan kerbau untuk perlombaan tradisi makepung di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana Bali, Sabtu (20/8/2022). Foto: I Ketut Suardika/detikBali
Jembrana -

Makepung salah satu tradisi khas Jembrana, Bali, yang masih lestari. Kerbau yang digunakan bukan kerbau biasa. Tetapi kerbau yang mendapat perlakuan atau perawatan khusus agar lebih kuat berlari. Tentunya, biaya yang dikeluarkan untuk perawatan tidak sedikit.

Jelang lomba makepung pada Minggu (21/8/2022), para pemilik kerbau yang akan mengikuti lomba sudah menyiapkan kerbaunya. Seperti apa persiapannya? DetikBali mendatangi salah satu pemilik kerbau makepung di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali.

I Wayan Sampun (70) menjelaskan, perawatan kerbau untuk perlombaan tradisi makepung tidaklah mudah. Namun, kerbau mendapat perawatan khusus dan diperlakukan seperti layaknya keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau merawat kerbau saya sudah dari kecil. Sudah biasa bergaul dengan kerbau seperti keluarga," kata Sampun saat ditemui di rumahnya, Sabtu (20/8/2022).

Menurutnya, untuk perawatan kerbau makepung mulai dari makanan hingga waktu mandi maupun tidur menjadi perhatian. Seperti rumput untuk makanan yang diberikan, dipilih rumput yang tidak terlalu muda, supaya kerbau tidak mengalami masalah pencernaan.

ADVERTISEMENT

"Kalau salah kasih makan bisa mencret," ungkapnya.

Selain rumput yang menjadi makanan setiap hari, kerbau makepung juga diberikan jamu yang diracik dengan telur ayam sebanyak empat butir, madu, gula merah setengah kilo, dan dicampur Sprite. Ditambah dengan diberikan buah mengkudu.

"Ini untuk satu ekor kerbau. Diberikan setiap satu minggu sekali. Tapi, tiga hari sebelum dilombakan disuntik vitamin juga," kata Sampun, yang selama 56 tahun menjadi joki makepung.

Sedangkan air minum untuk kerbaunya, Sampun memberikan campuran asam lunak dengan garam dan gula merah, dilarutkan ke dalam air kurang lebih satu liter. Kerbau juga dimandikan saat pagi dan sore menggunakan air hangat.

"Kalau pagi itu biasanya dilap pakai air hangat bagian badan kerbau, kemudian dijemur di matahari pagi selama dua jam. Disamping juga sering dibawa ke sungai untuk berendam," kata Sampun, yang sejak usia 14 tahun sudah menjadi joki makepung dan merawat kerbau hingga sekarang.

Lebih lanjut, kata sampun, saat menjelang malam, kerbau makepung biasanya dioles minyak rempah pada bagian kulit punggung dan kaki untuk melembutkan dan menguatkan kulit kerbau. "Supaya ketika nanti dipukul atau dipecut saat bertanding tetap kuat. Disamping itu, untuk menghindari gigitan nyamuk," ucapnya.

Perawatan kulit ini menurutnya sangat penting, karena setelah bertanding adu makepung, kerbau biasanya mengalami luka pada bagian punggung akibat pukulan atau dipecut. Luka tersebut akan langsung diobati menggunakan obat alami, seperti lidah buaya, daun sereh, daun bluntas, daun mengkudu, dan air yang dicampur dengan garam.

"Luka yang keluar darah justru lebih bagus, proses sembuhnya lebih cepat. Ketimbang luka dalam, bisa insfeksi dan lama proses sembuhnya. Karena itu minyak rempah untuk perawatan kulit itu penting," ungkapnya.

Perawatan ini rutin dilakukan untuk kerbau yang akan dipakai perlombaan makepung. Untuk biaya perawatan kerbau setiap hari, Sampun harus mengeluarkan uang hingga Rp 100 ribu. Sedangkan biaya awal untuk persiapan lomba hingga Rp 500 ribu.

"Tiga hari sebelum lomba biasanya perawatan ekstra. Jamu dan vitamin itu setiap hari dikasih," katanya.

Perawatan kerbau ini, lanjutnya, tergantung pemilik kerbau juga. Sehingga bisa saja melebihi dari biaya ini dan ada juga yang perawatannya tidak harus mahal.

"Relatif lah. Kan pemilik kerbau dari banyak kalangan. Kalau mereka punya, pasti perawatannya lebih mahal," jelasnya.

Dari sisi harga kerbau, menurutnya, kerbau yang belum siap dilombakan atau kerbau bakalan adu makepung harganya berkisar Rp 30 juta per ekor. Sedangkan kerbau yang sudah siap adu makepung harga berkisar Rp 75-80 juta.

Dari harga tersebut dan biaya perawatan kerbau sangat jauh dari hadiah yang didapat dari mengikuti lomba makepung. Namun, itu tidak menjadi hambatan untuk tetap menjalankan hobi dan melestarikan tradisi budaya warisan leluhur.

"Kalah menang sudah biasa, yang penting bisa menjalankan hobi dan melestarikan tradisi budaya. Ini juga sebagai ajang untuk mencari saudara (ngalih nyama adung)," kata Sampun.

I Wayan Sampun (70), mempersiapkan cikar serta aksesori lain untuk tradisi makepung di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana Bali, Sabtu (20/8/2022).I Wayan Sampun (70), mempersiapkan cikar serta aksesori lain untuk tradisi makepung di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana Bali, Sabtu (20/8/2022). Foto: I Ketut Suardika/detikBali

Meski sudah usia lanjut, Wayan Sampun tetap bersemangat menjadi joki makepung. Selain mempersiapkan kerbau, cikar juga tampak dipersiapkan sebelum mengikuti perlombaan makepung Minggu (21/8/2022). Mulai dari cek kayu roda cikar, uga cikar dan aksesori cikar seperti rumbing, blongsong, hingga kalung hiasan kerbau.

"Kalau diizinkan, kalau masih bisa kuat, saya tetap ikut jadi joki makepung," pungkasnya.




(irb/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads