Bentuk Toleransi, Tari Rejang Siwa Meriahkan Perayaan Waisak di Pupuan

Bentuk Toleransi, Tari Rejang Siwa Meriahkan Perayaan Waisak di Pupuan

Chairul Amri Simabur - detikBali
Senin, 16 Mei 2022 13:15 WIB
Persembahan Tari Rejang Siwa Prastuti dalam perayaan hari raya Waisak di Vihara Dharma Giri, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Senin (16/5/2022).
Persembahan Tari Rejang Siwa Prastuti dalam perayaan hari raya Waisak di Vihara Dharma Giri, Kecamatan Pupuan, Senin (16/5/2022). Foto: Chairul Amri Simabur/detikBali
Tabanan -

Perayaan hari Tri Suci Waisak di Wihara Dharma Giri di Kecamatan Pupuan, Tabanan, Senin (16/5/2022), diwarnai dengan persembahan Tari Rejang Siwa Prastuti.

Tarian Rejang Siwa Prastuti merupakan tari persembahan dalam upacara di Bali.

Tari ini dipersembahkan sepuluh ibu-ibu beragama Hindu dari sejumlah desa di Kecamatan Pupuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami persembahkan sebagai bentuk toleransi. Menghormati beberapa rekan kami pemeluk agama Buddha yang hari ini merayakan Waisak," jelas salah seorang penari, Ni Nyoman Ari Ayuni.

Perayaan Waisak di Wihara Dharma Giri mulai berlangsung sejak pukul 11.00 WITA.

Selain persembahan Tari Rejang Siwa Prastuti, perayaan hari suci tersebut dilanjutkan dengan ritual utama yakni pelaksanaan pradaksina.

Sebuah ritual yang dilakukan dengan mengitari Dharmasala atau pusat utama dari komplek vihara sebanyak tiga kali.

Umat di Vihara Dharma Giri mengitari Dharmasala seraya memegang bunga sedap malam sembari mengucap mantra dan doa.

"Selanjutnya umat masuk ke dalam Dharmasala, kemudian membaca Parita, meditasi pada detik-detik Waisak," jelas Ketua Vihara Dharma Giri, I Ketut Ariana.

Ia menyebutkan, inti dari perayaan Waisak adalah perenungan atas tiga peristiwa penting dalam agama Buddha.

Tiga peristiwa penting ini adalah lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, serta wafatnya Buddha Gautama Parinibbana.

"Jadi Waisak tidak sekadar diperingati sebagai sebuah perayaan semata. Lebih dari itu, merenungkan tiga peristiwa penting tersebut," jelasnya.

Tiga peristiwa penting inilah yang mesti dipedomani dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Bahkan di saat umat manusia sedang dihadapkan pada situasi yang timbul akibat pandemi COVID-19, baik dari sisi kesehatan, sosial, hingga ekonomi.

Ariana menyebutkan, tri suci Waisak akan selalu aktual bila direnungkan dipedomani dalam kehidupan sehari-hari.

"Bagaimana perjuangan Sidharta Gautama, dari lahirnya sampai mengalami penerangan agung yang sempurna. Kita pun sama. Berjuang menghadapi masalah dari hari ke hari yang berubah sesuai dengan ajaran Buddha Gautama," jelasnya.




(kws/kws)

Hide Ads