Umat Islam di Banjar/Lingkungan Kampung Bugis, Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali mempunyai peninggalan sejarah berupa Al-Qur'an. Al-Qur'an tersebut diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17.
Keberadaan Al-Qur'an ini tidak terlepas dari nenek moyang masyarakat Kampung Bugis. Dahulu setelah hijrah ke Bali, masih ada masyarakat yang sering ke Sulawesi Selatan (Sulsel). Mereka mendapatkan Al-Qur'an tersebut dan dibawa ke Bali.
"Jadi warga Kampung (Bugis) yang masih ada keluarga di Sulawesi dapat menerima Al-Qur'an itu dari Sulawesi langsung dibawanya ke Bali," kata Tokoh Masyarakat Kampung Bugis Muhammad Syukur kepada detikBali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syukur menuturkan, warga Suku Bugis yang terdampar ke Pulau Serangan, Bali awalnya yakni Syeikh Haji Mu'min bin Hasanuddin bersama para pengikutnya. Mereka kemudian mulai membangun perkampungan dan peradaban Islam di Pulau Serangan.
Namun bukan Syeikh Haji Mu'min yang membawa Al-Qur'an tersebut ke Bali. Al-Qur'an itu dibawa oleh nenek moyang warga Kampung Bugis Pulau Serangan Bali ketika mencari rempah-rempah ke Makassar.
"(Waktu itu) masih abad ke-17. Istilahnya datuk-datuk kami itu masih lah ada yang ke Makassar untuk mencari rempah-rempah untuk dibawa ke sini," terangnya.
Hingga kini, keberadaan Al-Qur'an itu masih dirawat oleh warga Kampung Bugis. Al-Qur'an tersebut disimpan di salah satu rumah milik warga dan ditempatkan di dalam sebuah kotak kaca.
Baca juga: Menilik Jejak Islam di Pulau Serangan |
Sayangnya, Al-Qur'an tersebut kini sudah tidak dikeluarkan lagi dari kotak kaca karena kondisinya yang sudah mulai rusak. Beberapa bagian kertas dari Al-Qur'an itu nampak sudah robek.
"Kondisinya sekarang sudah nggak bisa dikeluarin, sudah rusak. takutnya hancur dia karena itu," jelas Syukur.
Meski demikian, Syukur mengungkap bahwa masih ada beberapa bagian dari Al-Qur'an tersebut masih dalam kondisi yang utuh. Ia meyakini kualitas kertas Al-Qur'an itu sangat baik sehingga dapat bertahan dari abad ke-17.
"Ya kalau kertas sekarang itu pasti sudah hancur, tapi karena kualitasnya bagus sampai sekarang masih beberapa yang utuh tapi banyak juga yang sudah pecah-pecah," terangnya.
Namun Syukur mengaku tak tahu jenis kertas yang dipakai dalam Al-Qur'an yang ditulis tangan tersebut. Namun cover dari Al-Qur'an sudah dipastikan menggunakan kulit unta.
"Nggak tahu (jenis kertas yang dipakai dalam Al-Qur'an itu). Kan kalau covernya itu dari kulit unta. Kertasnya kuning warnanya," jelasnya.
(nke/nke)