Ilmu tajwid memiliki nilai penting karena berhubungan langsung dengan Al-Qur'an, kitab suci yang sangat dimuliakan dalam Islam. Mempelajari tajwid tidak hanya memperindah bacaan, tetapi juga membawa manfaat besar bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam buku Metode Membaca, Menghafal, dan Menajwidkan al-Qur'an al-Karim susunan Muhammad Mahmud Abdullah terdapat hadits yang menyebut Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR Bukhari)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, terdapat pula perintah dalam surah Al-Muzammil ayat 4 yang menyeru agar membaca Al-Qur'an secara tartil.
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
Artinya: "Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan."
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna tartil dalam ayat tersebut yaitu membaca Al-Qur'an secara perlahan, fasih dan sesuai dengan kaidah yang benar.
Saat belajar tajwid, kita akan menemukan berbagai jenis bacaan, termasuk bacaan gharib. Bacaan ini mungkin terdengar asing karena tidak sering muncul, tapi penting untuk dipahami. Simak penjelasannya berikut ini.
Pengertian Bacaan Gharib
Berdasarkan buku Modul Tajwid Al-Qur'an Konten Aplikasi Kampung Mengaji Digital susunan Sutarto Hadi dkk, bacaan gharib merujuk pada bacaan yang menyimpang dari aturan-aturan tajwid yang umum, tetapi tetap wajib untuk dipelajari dan dipraktikkan.
Agar dapat membaca dengan benar, praktik bacaan gharib sebaiknya dilakukan melalui talaqqi atau musyafahah, yakni belajar langsung dari seorang guru atau ustadz yang memiliki pemahaman mendalam tentang tata cara bacaan tersebut.
Macam-macam Bacaan Gharib
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa jenis bacaan gharib yang diterangkan dalam buku Tuntunan Belajar Tajwid bagi Pemula karya Zaki Zamani, berdasarkan riwayat Imam Hafsh.
1. Saktah
Saktah adalah hukum tajwid yang mengharuskan berhenti sejenak dalam membaca Al-Qur'an tanpa menghirup udara atau bernapas. Biasanya, durasi saktah adalah sekitar satu alif (sekitar dua harakat).
Contoh bacaan saktah:
Surah Yasin ayat 52
قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
2. Isymam
Bacaan isymam terjadi pada huruf nun yang bertasydid yang merupakan gabungan dari dua huruf nun yang saling berdampingan. Salah satu dari nun tersebut dihilangkan, dan bacaan ini hanya muncul pada satu tempat dalam Al-Qur'an.
Contoh bacaan isymam:
Surah Yusuf ayat 11: "لَا تَأْمَنَّا" (dibaca dengan memonyongkan bibir saat melafalkan nun tasydid).
3. Imalah
Bacaan imalah ditandai dengan pengucapan fathah yang condong ke kasrah. Ini juga hanya terdapat pada satu ayat dalam Al-Qur'an.
Contoh bacaan imalah:
Surah Hud ayat 41: "مَجْرَاهَا" (dibaca "majreha").
4. Tashil
Bacaan tashil terjadi ketika dua hamzah berurutan, dengan hamzah pertama dibaca tahqiq (seperti biasanya), sementara hamzah kedua dibaca seperti huruf "ha" yang samar, di antara bunyi hamzah dan alif. Bacaan ini hanya terdapat pada satu ayat dalam Al-Qur'an.
Contoh bacaan tashil:
Surah Fussilat ayat 44: "أَأَعْجَمِيٌّ"
5. Naqel
Bacaan naqel melibatkan pemindahan kasrah pada huruf hamzah ke huruf sebelumnya. Bacaan ini juga ditemukan hanya dalam satu surah di dalam Al-Qur'an.
Contoh bacaan naqel:
Surah Al-Hujurat ayat 11: "بِئْسَ الِاسْمُ" (dibaca "bi' salismu" bukan "bi' sal-ismu).
(inf/kri)












































Komentar Terbanyak
Gus Irfan soal Umrah Mandiri: Pemerintah Saudi Izinkan, Masa Kita Larang?
MUI Surakarta Jelaskan Hukum Jenazah Raja Dimakamkan dengan Busana Kebesaran
Dari Wakaf hingga Charity Gereja, LPDU Akan Kelola Semua Dana Keagamaan