Hasil Panen Rumput Laut Anjlok gegara Bangkai Kapal di Teluk Kupang

Hasil Panen Rumput Laut Anjlok gegara Bangkai Kapal di Teluk Kupang

Simon Selly - detikBali
Kamis, 27 Mar 2025 21:06 WIB
Hasil panen rumput laut nelayan di Teluk Kupang berkurang signifikan.
Foto: Hasil panen rumput laut nelayan di Teluk Kupang berkurang signifikan. (Simon Selly/detikBali)
Kupang -

Para petani rumput laut di perairan Teluk Kupang, Bolok, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengeluhkan pencemaran air laut imbas tenggelamnya Kapal Kuala Mas pada 21 Desember 2024 lalu. Mereka terancam gagal panen rumput laut.

Yupiter Luit Hulbala, salah seorang petani rumput laut, mengungkapkan kualitas rumput laut yang kini menurun. Selain itu, hasil tangkapan ikan juga berkurang.

"Kualitas rumput laut menurun karena laut mulai tercemar akibat tumpahan minyak kapal tenggelam beberapa waktu lalu. Kami minta pemerintah segera evakuasi kapal tenggelam berserta muatannya," kata Yupiter, Kamis (27/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia bersama warga lainnta mendesak pemerintah agar secepatnya mengevakuasi bangkai kapal beserta muatan kapal lantaran tumpahan minyak dari kapal makin membuat laut tercemar.

"Jika tidak segera dievakuasi, kami khawatir pencemaran laut akan semakin meluas, karena muatan kontainer yang tenggelam pasti semakin bocor dan tumpahan minyak akan semakin banyak. Sekarang saja, sudah terlihat tumpahan minyak yang mencemari laut di sini," tambah Yupiter.

ADVERTISEMENT

Dia mengaku, hasil panen rumput laut anjlok drastis. Padahal, sebelum ada bangkai kapal, hasil panen berlimpah. Menurut Yupiter, biasanya, untuk satu tali dengan panjang 80 meter, hasil panen rumput lain mencapai 75 kilogram.

"Namun kali ini tidak sampai 5 kilogram. Warna lumput laut pun hitam pucat akibat tercemarnya limbah tumpahan minyak dari kapal yang tenggelam itu," ujar dia gusar.

"Kami masih cemas, kami berharap segera diangkat bangkai dan kontainer kapal yang tenggelam. Karena jika belum diangkat, muatan kapal yang tenggelam, akan semakin luas pencemaran lautnya dan kami tidak bisa tanam lagi rumput lautnya," pungkasnya.

Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat dan penjaga kawasan pantai, Yulius Piubati, mengaku keprihatinan. Dia menilai pemerintah lamban dalam menangani masalah ini.

"Dulu kita bisa melihat ikan berenang ke sana kemari. Tapi setelah kapal Kuala Mas tenggelam dan ada tumpahan minyak, air laut berubah. sekarang bukan lagi laut, tapi seperti lautan minyak," kata Yulius.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads